“Oh, ini.” Raka memegang wajahnya. “Jatuh dari motor.” Raka ikut duduk bersama di bawah pohon mangga.
“Bagaimana ceritanya bisa sampai jatuh dari motor?” tanya Riana.
Raka pun menceritakan kronologi dirinya jatuh dari motor. “Mungkin karena aku mengantuk saat naik motor.”
“Lain kali lebih hati-hati kalau naik motor, Bang,” pesan Riana.
Raka menganggukkan kepala. “Iya.”
“Bang, kenalkan, ini teman kerja aku, dia Bagas dan ini Nadira.” Riana menunjuk kedua sahabatnya secara bergantian.
Raka lantas mengulurkan tangan pada Bagas untuk memperkenalkan dirinya. “Raka.”
“Bagas.” Bagas membalas uluran tangan Raka.
Pada saat Raka mengulurkan tangan pada Nadira. Dia tidak membalasnya, melainkan Nadira menangkupkan kedua tangannya di depan dada. Melihat hal itu, Raka melakukan hal yang sama.
Raka dan Bagas lantas saling menanyakan, tempat tinggal masing-masing selama di kota.
“Oh tidak jauh, berarti dari kos-kosan saya. Nanti kalau ada waktu mampirlah, ke kosan saya,” pinta Raka.
“Insya Allah, nanti kalau ada waktu kami mampir ke sana,” jawab Bagas.
“Kalau mau mampir ke rumah juga itu di sana!” Raka menunjuk ke arah rumahnya.
“Pintu rumah saya selalu terbuka untuk kalian.” Raka memandang Nadira. Merasa diperhatikan Nadira menundukkan kepala.
“Iya, Insya Allah nanti kalau sempat kami akan mampir ke sana.”
Raka memandang perut buncit Nadira. “Kamu sedang hamil, ya?” tanya Raka.
Nadira memandang kedua sahabatnya bergantian.
“Iya, dia sedang mengandung anak saya,” jawab Bagas bohong.
“Oh ... selamat ya, pasti kalian sangat bahagia menantikan kelahiran anaknya.”
“Terima kasih,” jawab Bagas. Nadira hanya tersenyum menanggapinya.
Mereka pun bercengkerama menceritakan kegiatan yang dilakukan saat mengisi waktu luang untuk melepas penat usai bekerja. Raka yang suka bertualang, menceritakan pengalamannya saat dirinya bertualang menjelajah hutan dan gunung. Berbeda dengan Raka, Bagas lebih senang menghabiskan waktunya liburannya untuk pulang ke rumah, mengunjungi ayah dan ibunya.
“Lain kali, aku ajak kamu untuk ikut bertualang,” ucap Raka penuh semangat.
Sementara Raka dan Bagas menceritakan pengalamannya masing-masing. Nadira berbicara pada Riana. “Ri, aku boleh enggak minta mangga sama belimbingnya, aku pengen rujak ni!” Nadira memandang buah mangga yang banyak bergantungan di atas kepalanya.“Tentu saja boleh,” kata Riana.
“Biar aku petikan.” Mendengar permintaan Nadira, gegas Raka berdiri dan memanjat pohon di belakang mereka untuk memetik mangga. Satu-dua mangga berjatuhan di atas tanah. Setelah dirasa cukup Raka turun dari pohon. Sedangkan, Bagas memetik belimbing di atas pohon yang terletak tak jauh dari mereka.
“Aku bikin sambal dan minum dulu, ya,” Pamit Riana.
“Aku ikut. Aku akan membersihkan mangga dan belimbingnya dulu. Dibantu Riana, Nadira membawa mangga-mangga dan belimbing ke dalam untuk dibersihkan.
Riana bertugas membuat sambal sedang Nadira mengupas mangga dan belimbing.
“Bang Raka itu orangnya baik banget,” ucap Riana seraya meletakan mangga diatas bak cuci piring.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Yang Terenggut (TAMAT)
Romance"Siapa yang menghamilimu?" Nadira tersentak mendengar pertanyaan Bagas. Mereka pun duduk di teras. Kebetulan saat itu suasana sekitar sepi, jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Bagaimana, kamu bisa tahu?" Nadira memandang Bagas. "Aku m...