Setibanya di rumah sakit. Bergegas Bagas mengendong tubuh Nadira menuju ke IGD.
Melihat hal itu, Raka tampak sangat marah.“Sudahlah.” Cepat Nek Irah menghampiri cucunya agar tidak terjadi keributan.
“Tapi, Nek.” Raka menatap Neneknya kecewa.
Nek Irah hanya menanggapinya dengan tersenyum. Mereka pun bergegas menyusul mereka ke IGD.
“Suster tolong!”
Melihat Bagas yang berlari sambil menggendong Nadira, dua orang perawat menghampiri mereka dengan membawa kursi roda.
Bagas lantas mendudukkan Nadira di atas kursi roda. Perlahan tapi pasti, perawat mendorong Nadira menuju ke sebuah ruangan yang hanya tertutup kelambu sebagai pembatas ruang satu dengan ruang lainnya.
Saat tiba di ruangan. Bagas kembali menggendong tubuh Nadira dan memindahkannya ke atas ranjang.
Tak berselang lama seorang dokter masuk ke dalam. Dia mengambil sebuah sarung tangan karet dan memakainya.Melihat hal itu, Bagas mundur dan keluar dari ruangan. Tidak sepantasnya dia berada di dalam
“Pak mau ke mana? Kenapa tidak menemani istrinya?” tanya seorang perawat saat Bagas akan ke luar.
Bagas lantas menjelaskan pada perawat tersebut tentang hubungannya dengan Nadira. Perawat itu hanya menganggukkan kepala dan pergi.
“Bagaimana kondisi Nadira?” tanya Nek Irah saat melihat Bagas keluar.
“Dokter sedang menangani Nadira.” Bagas menjawab dengan menunjuk ke arah ruangan tempat Nadira sedang diperiksa.
Nek Irah lantas masuk ke dalam untuk menemani Nadira.
Setelah kepergian Nek Irah. Raka mendekati Bagas. Pria itu menatap sinis pemuda di hadapannya. “Setelah bayi dalam kandungan Nadira lahir, aku akan menikahinya,”
tegasnya.“Kamu ....”
Belum selesai berbicara Nek Irah kembali keluar menemui Bagas dan Raka.
“Sudah pembukaan tiga. Nadira akan dibawa ke ruang bersalin,” terang Nek Irah.
Tak berselang lama setelah Nek Irah keluar. Brankar yang membawa Nadira didorong oleh dua orang perawat menuju ke ruang bersalin Bagas, Nek Irah, dan Raka mengikutinya di belakang.
***
Selama proses persalinan. Nek Irah yang menemani Nadira di dalam. Raka dan Bagas hanya menunggu di luar ruangan.
Suara jerit tangis dan raungan Nadira terdengar hingga ke luar.
Mendengar hal itu, membuat Bagas gusar. Dia sangat khawatir apabila terjadi sesuatu pada wanita itu.
Tak jauh dari Bagas, Raka tampak gusar. Beberapa kali dia berjalan mondar-mandir. Sesekali pria itu mengacak rambutnya kasar.
Di dalam.Nadira sedang berjuang antara hidup dan mati memperjuangkan sebuah kehidupan baru.
Nek Irah yang menemani di sampingnya, beberapa kali menyeka keringat yang membasahi kening dan wajah Nadira.
“Kepalanya sudah kelihatan, Bu,” kata Dokter. Beliau lantas meminta Nadira untuk mengejan yang kuat.
Oek ... oek ....
“Bayinya laki-laki, Bu.” Dokter meletakkan bayi Nadira di atas dadanya. Dia lantas kembali menekan perut Nadira untuk mengeluarkan ari-ari dari dalam perutnya.
Berkali-kali Nadira bersyukur kepada Allah karena bayinya lahir dengan selamat dan sehat.
Bagas dan Raka yang mendengar suara tangis bayi Nadira pun merasa lega.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mahkota Yang Terenggut (TAMAT)
عاطفية"Siapa yang menghamilimu?" Nadira tersentak mendengar pertanyaan Bagas. Mereka pun duduk di teras. Kebetulan saat itu suasana sekitar sepi, jadi tidak ada yang mendengar pembicaraan mereka. "Bagaimana, kamu bisa tahu?" Nadira memandang Bagas. "Aku m...