10. Partner?

477 51 16
                                    

Happy Reading
Vote komen skuy

•••••••••

Plak

Suara tamparan terdengar di ruang tamu salah satu rumah yang cukup besar dan minimalis. Pria itu menampar perempuan yang lebih muda hingga bibir berdarah, sedangkan wanita paruh baya disebelah perempuan muda itu hanya bisa memekik.

"Tidak bisakah kau berperilaku yang tidak merugikanku?" Desis pria itu tajam.

"Sayang.."

"Ini akibat kau tidak bisa mendidiknya dengan benar." Pria itu menatap tajam wanita yang berstatus istrinya. "Seharusnya anak itu tidak perlu memakai marga Kang," tambahnya lagi.

Istri pria itu masih berusaha menahan tangis atas apa yang dikatakan dan dilakukan oleh suaminya terhadap anaknya.

"Aku juga tidak ingin..." Perempuan itu menatap tajam ayahnya, walaupun sudut bibirnya berdarah dan pipinya terlihat memerah dia tidak peduli.

"Soojin-ah." Ibunya menggeleng, memperingatinya, Soojin tau bahwa saat ini dia belum bisa apa-apa, dia masih anak yang harus menuruti apa kata orangtuanya.

"Kau bilang apa?!"

Soojin menunduk, dia mengepalkan tangannya. "Aku minta maaf," ucapnya.

Pria dengan marga Kang itu masih menatap putrinya dengan tajam sebelum suara ponsel mengalihkannya, dia menelepon lalu menjauh dari ruang tamu, memasuki kamar.

Kemudian ibunya Soojin langsung menghampiri anaknya dan memeluk. "Maafkan eomma, maafkan," tangis wanita paruh baya itu. Dia mengulangi kalimatnya seolah itu mantra dan mengelus rambut anaknya.

Soojin hanya bisa menepuk punggung ibunya, dalam hati dia juga meminta maaf karena tidak bisa membantu ibunya keluar dari pria berhati kejam itu.

Padahal hidupnya mulai sedikit tenang ketika ayahnya dinas keluar kota sekitar seminggu, lalu akibat insiden penculikan itu, ternyata tercium juga oleh ayahnya, jadi Soojin mendapatkan pukulan sehabis ayahnya pulang dari dinas pekerjaan.

Sungguh menyedihkan.

Soojin pergi ke kamarnya, menatap cermin, dia bisa melihat sudut bibirnya berdarah dan pipinya memerah, jika dibiarkan maka pasti akan membengkak, setidaknya harus dikompres supaya tidak terlalu parah.

Ayahnya ini benar-benar membuatnya harus ekstra menutupi wajahnya yang sebentar lagi pasti akan ada memar, tidakkah seharusnya pria itu lebih hati-hati? Emosi selalu membutakan pemimpin keluarga Kang.

Soojin mendesah, kalau sudah seperti ini pasti hidupnya akan semakin sulit, dia harus siap-siap jadwal lesnya ditambah.

••••••

"Soojin-ah, ada apa denganmu?" Tanya Sooah mendapati temannya memakai masker. "Kau sedang flu?" Tanyanya lagi.

Soojin mengangguk dan pura-pura terbatuk, setidaknya sudut bibir dan pipinya bisa tertutupi, tempo lalu dia ditampar ayahnya masih bisa ditutupi oleh polesan make up, tapi sekarang tidak bisa karena lebih parah dari tempo lalu.

"Seharusnya kau dirumah," ucap Sooah khawatir. Kemudian Jukyung menghampiri mereka, dia menatap Soojin. "Apa kau tidak perlu ke ruang kesehatan? Kita akan mengantarmu," ujar Jukyung.

Soojin menggeleng. "Aku tidak bisa melewati mata pelajaran," ucapnya dengan kekehan.

Sooah mendesah sebal. "Dasar maniak pelajaran, seharusnya kau bisa bersantai sedikit," marahnya.

Fall In You (Seojun-Soojin)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang