Kami─khususnya anak-anak panti, Mama-Mama, dan Suster-Suster dari panti─sudah beradaptasi dengan kehidupan didunia manusia. Setelah keluar dari portal, kami diberikan bantuan besar dalam menjalani hidup ditempat ini oleh Vidia dan kakaknya.
Dan sekarang sudah sekitar 3 minggu kita tinggal di Aomori, Jepang. Vidia ingin membawa kami kekota yang lebih besar seperti Tokyo, akan tetapi─secara tentu saja, kami menolak.
Sekarang Vidia datang kerumah Ray, kami, para anak-anak, disuruh berkumpul disana. Namun aku, Norman dan Emma memilih datang lebih cepat.
"Isabella-nee!" Vidia dengan riang melambaikan tangan, masuk kerumah.
Diambang pintu, Vidia berhenti dulu, menunggu 'hujan' disinfektan berhenti.
"Vidia, lepaslah maskermu, ayo makan kue." sambut Isabella ramah.
Aku tersenyum. Teringat semua kata-kata Vidia selama ini.
"Aku akan mengatakannya, aku menyayangimu, [NickName]."
"Apa maksudmu? Ini rumahmu, tempat berpulangmu. You belong here."
"Jangan menangis, air matamu itu tidak pantas dibuang untukku."
"Huwah! Perjalanan yang panjang."
Vidia mengempaskan diri kesofa. Ray datang membawa minuman dan stoples-stoples berisi kue kering, piring berisi Red Velvet dibantu olehku.
"[Name], Ray. Bagaimana kabar kalian?"
"Baik, agak sedikit flu." kataku. Aku mencomot kue kering dari stoples yang sempat kubawa tadi.
"Itu karena dia bermain lempar salju sampai larut kemarin." ujar Ray seraya menggigit kue kering ditanganku. "Omong-omong, aku baik."
"[Name] flu? Apa perlu kita kerumah sakit?"
Aku melotot. "Aku nggak covid!"
Isabella terkekeh. Lalu duduk disebelah Vidia.
"Oh, iya. Lusa nanti akan ada festival salju, kalian mau pergi?" tukas Vidia.
"Aku mau."
"Aku ikut!"
Aku, Ray, Norman, dan Emma menyetujui.
"Isabella-nee, ayo ikut juga."
"Aku? Kalian saja. Selamat bersenang-senang~"
"Ayolah, ikut. Aku tau kau lelah karena pekerjaanmu."
"Ayolah!"
Vidia menengok cepat kearah Ray. "Ray, kau ingin Ibumu ikut ke festivalnya, 'kan?"
Ray tersedak teh hijau hangat yang dibuatnya. "I- ibu? Festival?"
"Jangan pura-pura amnesia, Ray. Melihat ibumu tersenyum dengan yukata adalah salah satu hal yang kau inginkan." Norman dengan tampannya meledek Ray.
"Iya-iya."
"Makanya, ikutlah."
Isabella terdiam sejenak. Lalu tersenyum. "Kau kekanakan sekali. Baiklah, aku ikut."
Vidia tertawa pura-pura tidak sadar bahwa kalimat Isabella tadi adalah sindiran.
Suara bel rumah terdengar, pintu dibuka dan muncul Don, Gilda, bersama beberapa anak yang lain.
"Kami datang!"
💫🌻💫
"Oke, semuanya. Kalian tau, sudah tiga minggu kita disini. Kebanyakan dari kalian sudah terbiasa tinggal disini, 'kan?"
"Sekarang aku akan mengenalkan kalian pada sekolah umum. Di Grace Field, ada tes yang secara tidak masuk akal, memiliki tiga ratus soal─dan ditulis olehku." Vidia meringis pelan dikalimat terakhir.
"Aku akan memasukkan kalian kesekolah umum. Aku sudah membicarakan ini dengan Ibu kalian."
Beberapa ada yang antusias, beberapa ada yang mengeluh.
"Aku ingin kalian memiliki hidup normal seperti anak-anak sebaya kalian saat ini." Vidia tersenyum lembut.
"Aku akan memilih sekolah-sekolah bagus untuk kalian."
Vidia lanjut memeberitau hal-hal tentang sekolah pada kami. Dari pelajaran, sampai klub. Satu hal yang menarik, aku baru-baru ini tau kalau ditahun 2041─sekarang ini tahun 2050, Bahasa Indonesia resmi jadi bahasa internasional dan dipelajari oleh banyak orang.
Vidia menjelaskan semua hal dalam waktu 2 jam. Aku terkejut dia bahkan tak meminum seteguk pun air.
💫🌻💫
Yow! Back at it again with me, yahahah
Bagaimana pendapat kalian soal LTN? Impresif tida?
Dan sekarang, Vidia membuat book baru yang lebih ringan dan fresh.
- Vidia
3 Juli 2021 , 11:15 malam
521 words
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚃𝙽 𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?
Fanfiction( DISCONTINUED) Apa yang terjadi setelah "Happily Ever After"? Setelah melewati hidup panjang dalam dunia anime, [Name] akhirnya dapat menyelesaikan seisi alur cerita itu. Namun, alur tak dapat dibiarkan menjulur bebas tanpa ujung. Disinilah kisah m...