Aku menghela napas dan menyematkan hairpin bunga ke rambutku. Kulihat pantulanku di cermin. Cantik, seperti biasa.
"[Name], udah selesai?" suara Gilda merambat melalui udara dan masuk ke telingaku.
Aku menghela napas pendek. "Sip."
Aku berbalik menatap Gilda dan menghampirinya. Ada Anna dan Emma juga. Kuperhatikan mereka juga mendapat hairpin semacam milikku. Gilda bentuk daun, Anna bulan sabit, dan Emma bunga matahari.
"Kalian semua cantik banget." pujiku.
"Makasih, [Name] juga cantik kok."
Kami bercengkerama sembari berjalan ke luar rumah. Di sana, semuanya sudah berkumpul. Bukan 'semuanya' juga sih, kebanyakan sudah pergi duluan ke festival.
"Semuanya, [Name] sudah siap nih!"
Vidia pura-pura mendengus. "Lama banget, ini harem-mu udah nungguin lho!"
Aku menepuk punggung Vidia keras-keras. "Vidia,"
"Hahaha, pokoknya sekarang yuk kita jalan ke festival!" Vidia tertawa ringan.
Aku menyapa Norman dan Ray lalu berjalan bersama mereka. Jangan lupakan Emma yang terus-terusan mengekoriku.
"Omong-omong [Name]," Norman menatapku. "Kamu poligami?"
"Uhuk- pff- ahahaha!" Aku tertawa. "A- aduh, maaf-maaf. Tapi kenapa kamu menyimpulkannya seperti itu?"
"Vidia bilang 'harem' tadi. Harem itu semacam poligami 'kan?"
Aku tersenyum kecil. "No- Norman, bukan begitu.."
"Gak selalu harem maksudnya poligami. Aku ngerti kamu dapet penafsiran seperti itu karena sejarah kerajaan Eropa dan Inggris yang biasanya kaisar mereka membangun harem tapi harem enggak selamanya poligami," jelasku setengah meringis. "Lagian yang bilang gitu 'kan Vidia, paling cuma bercanda."
"Ah, gitu. Maaf deh, aku salah paham." Norman menunjukkan senyum minta-maaf-nya.
"Gak masalah."
💫🌻💫
Kami sampai ke festivalnya. Stand-nya tidak begitu banyak, mungkin karena ini adalah festival salju, bukan seperti festival musim panas atau festival sakura.
"Aku ingin-" Puk! Sebelum menyelesaikan kalimatku, kepalaku tersambit bola salju.
"Vidia!"
Kami bermain perang salju sampai beberapa menit sebelum kewalahan. Aku mengusap dahiku. "Haah, padahal baru datang."
"Hehe." Vidia terkekeh. "Omong-omong, aku lapar. Ayo kita ke stand ramen."
Aku mengangguk. Kami semua berjalan ke stand ramen. "Oji-san, ramennya.." Vidia menoleh ke arah kami. Kami semua mengangguk. "Ramennya sembilan mangkuk."
"Oke, sembilan."
"Sip, sekarang tinggal nunggu.. Omong-omong [Name], ponimu kok jadi kayak nurun gitu- hairpin kamu mana?" tanya Vidia.
"Eh, hairpi- LAH ANJIR HAIRPINKU KEMANA?!" Aku dengan panik meraba rambutku.
"VIDIA, HAIRPINNYA ILANG!" ujarku heboh.
"Cuma hairpin kok. Kalau hilang ya sudah." ucap Vidia.
"Tapi Vid.."
"Sebegitu sukanya sama hairpin itu?" tanya Ray yang duduk di sebelahku.
"Bukan gitu sih.." Aku menggigit bibir.
"Terus?"
"Itu jepit rambut tiga puluh ribu Ray! Bisa beli berapa mangkuk ramen pakai uang segitu? Huweee," aku menaruh daguku di bahu Ray.
"Ti- tiga puluh ribu? Gila.."
"Gapapa kok, aku gak bakal marah." kata Vidia.
"Orang berduit mah beda!"
"Haha, iya deh nanti kita cari. Sekarang jangan misuh-misuh lagi, ini ramennya udah dateng,"
Aku menggerutu pelan lalu meraih mangkuk ramen serta sumpit. "I- ittadakimasu. . ."
💫🌻💫
30.000 JPY = 4.050.000.00 IDR
Menganjir pendek bgt.
- Vidia
15 Juli 2021 , 07:04 malam
459 words
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚃𝙽 𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?
Fanfiction( DISCONTINUED) Apa yang terjadi setelah "Happily Ever After"? Setelah melewati hidup panjang dalam dunia anime, [Name] akhirnya dapat menyelesaikan seisi alur cerita itu. Namun, alur tak dapat dibiarkan menjulur bebas tanpa ujung. Disinilah kisah m...