─ ✧ O6 : ❝Hairpin dan Apa-Tipe-Cowok-Lo❞ ⋆ 🌻

193 34 24
                                    

Selesai makan di kedai ramen, aku mulai mencari hairpin bungaku. Dibantu oleh Vidia, Emma, Ray, dan Norman. Aku meremas ujung lengan kimonoku sampai buku jemariku memutih.

"Udah kali [Name]. Kalau gak ketemu ya udah." ujar Vidia.

Aku menggeleng kuat-kuat. "Enggak. Ayo cari lagi, huhu. Bisa aku jual mahal itu hairpin."

"Demi apa?" Vidia bertanya.

"Enggak juga sih.. Tapi aku suka aja sama hairpinnya. Udah mahal, bagus lagi." kataku.

"Bilang gitu dong dari tadi." Vidia menoyor kepalaku. "Aku kesel lho, kamu bilang mau jual hairpinnya."

"Hehe, maaf deh."

Tiba-tiba sebuah tangan menepuk pundakku. Aku menoleh ke belakang. "Karma?"

"Siapa tuh? Pacar?" tanya Vidia. Aku memutar mata.

"Ini punyamu?" tanya oknum bersurai merah itu. Aku melihat jepit rambut bunga alamanda kuning di tangannya.

"Wah, iya. Makasih, nemu di mana?" tanyaku. Aku menyematkan kembali hairpin itu ke rambutku.

"Aku ambil. Buat bahan olok-olok kamu besok di sekolah." Karma mendekatkan mulutnya ke telingaku. Mendengar jawabannya, aku ingin sekali menjitak kepala merah itu. "Tapi ga jadi."

"Bagus." dengusku.

"Hehe, maaf-maaf."

"Omong-omong, Karma. Kamu dateng sendiri?" tanyaku.

"Enggak. Sama temen SMP, kebetulan ketemu." ujar Karma.

Aku mengangguk. "Kalau kamu?" Karma melontarkan pertanyaan.

"Sama temen juga." Aku melirik ke arah kumpulan manusia yang sedang menyimak percakapanku dengan Karma.

Aku menyeringai kecil. "Karma, kamu ganteng ya."

"Makasih, kamu juga cantik."

Kita senyum-senyum. Lalu aku berujar. "Sampai jumpa di sekolah besok, dah."

"Dah,"

"[Name], ayo pulang."

💫🌻💫

"[Name], kamu menyukai Akabane?" tanya Ray.

"Eh? Itu terlalu tiba-tiba.." Aku menatap Ray. Dan tersenyum. "Hmm, bukannya suka sih.."

"Tapi, senang aja gitu dekat sama dia." Aku menunjukkan ekspresi berbunga-bunga.

"[Name] suka tipe cowok kayak Akabane?" tanya Emma.

"Hmm. Iya?" Aku mengira-ngira. "Iya. Tapi kalau bisa cowok yang baik. Gak berandalan kayak Karma."

"K- kalau cewek?"

Wajahku merona tanpa aba-aba. "Ah- cewek ya?"

"Yang manis dan periang gitu kayaknya. Polos juga." Aku mengusap pipiku yang agak dingin.

"Kalau Emma suka cowok yang kayak gimana?" aku melempar balik pertanyaan.

"E- Entahlah.. Aku enggak begitu yakin. Yang lembut..?" ujar Emma ragu-ragu.

"Kayak Norman gitu ya.." aku melirik Norman. "Nah! Norman suka cewek yang kayak gimana?"

"Eh? Aku?" Norman dengan tenang tersenyum dan menatap kami bergantian. "Yang baik, gitu.. Terus lembut perempuannya. Tapi tetap periang. Agak ceroboh. Apalagi kalau matanya berwarna merah Raspberry dan rambutnya [haircolour]."

Aku tertawa dan menepuk-nepuk pundak Norman. "Tolong penantiannya, ya."

"Vidia nih sekarang. Vidia sebagai wanita dewasa yang udah hidup selama ribuan tahun?" Aku menyikut Vidia dengan riang.

"Apa sih kamu. Aku mana ada tipe cowok begitu." Vidia tertawa pelan.

"Terus Vidia sukanya cewek?" tanyaku.

"Wah, kamu.." Vidia tersenyum mematikan. "Ya udah deh, aku ini sukanya yang kayak di manga dan manhwa roman-fantasy. Yang enggak asli pokoknya. Jadi ga perlu tanya lagi."

"Wah, sukanya yang gepeng." Ucapku. Ironisnya, sebenarnya aku juga menyukai manusia-manusia 2D itu.

Aku melihat Isabella yang berseri. "Kalau Mama Isabella tipe cowoknya gimana?" tanyaku sok polos.

"Ah? Kamu ngomong apa sih, [Name].."Isabella tersenyum. "Entahlah, Mama tidak pintar menilai orang. Lagi pula yang Mama akan selalu sayangi hanya anak-anak Mama."

"Wah, jawaban yang sangat dewasa," aku mengusap dagu.

Isabella tersenyum dan menepuk-nepuk kepalaku. "Sekarang sudah mulai larut, kita harus bergegas."

Aku mengangguk. "Baik, Mama."

💫🌻💫

- Vidia
17 Juli 2021 , 10:34 malam
525 words

𝙻𝚃𝙽  𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang