Pakaian kami sudah berganti. Lebih kasual. Isabella juga sudah pulang. Sekarang sedang membuat makan malam.
"Jadi, kita bakal ngapain aja selama ngegabut malam ini?" aku bertanya sembari membuka tutup buku catatan estetikku demi mengisi kekosongan hati(?).
"Begadang, kita mukbang sampai tengah malam!" sahut Emma semangat.
"Bagaimana dengan tidur? Terdengar sangat mengasyikkan bukan?" ujar Norman yang terlihat lumayan lelah setelah menghadapi beberapa kebodohan teman-temannya itu.
"Terus kalau Ray?" aku mengalihkan
"Apanya yang 'kalau Ray'?" Ray justru bertanya balik.
"Iih, aku tadi bertanya, apa yang kira-kira akan kita lakukan malam ini." aku menjawab.
"Entahlah. Mungkin membaca." jawaban laki-laki bersurai hitam itu membuat dahiku sedikit berkerut.
"Klub Literasi malam. Ide yang tidak begitu aku suka." cibirku.
"Daripada Klub Makan-Makan dan Klub Hibernasi sepertinya ideku yang paling baik." balas Ray seraya mengangkat bahu kirinya.
"Aku tidak suka teman yang pandai berargumen," aku menutup perdebatan sebelum kalah. "Tapi, ada yang ingin sekali aku lakukan lho."
"Kalau begitu katakanlah!" kata Emma semangat.
"Bagaimana kalau kita main perang bantal?" aku mengajukan pendapat. "Dan beberapa permainan lain, seperti permainan papan dan.. Apa pun itu."
"Ayo perang bantal!"
"Oke, sebut saja kegiatan malam ini makan, lalu main, lalu Ray membaca dongeng sebelum tidur untuk kita, lalu kita tidur!" tukas Emma.
"Tunggu, apa maksudmu aku membacakan dongeng untuk kalian?" tanya Ray.
"Itu bagian dari literasi malamnya, hehe." tanggapku seraya terkekeh kecil.
"Nah, kalau sudah begitu ayo makan dulu. Meja makannya sudah penuh oleh makanan." ucap suara lembut yang kupercayai milik Isabella.
💫🌻💫
Setelah mengisi perut dengan makan malam buatan Isabella, kami sekarang ada di kamar sederhana–ya, aku sedang merendah– milikku. Banyak bantal sudah ditumpuk untuk acara malam ini.
"Kuhitung ya, satu.. dua.. Ti-" Buk! Sebelum sempat menyelesaikan hitunganku, sebuah bantal empuk menimpuk pipiku.
"Hei! Curang!" aku melempar balik bantal setengah asal kepada oknum bernama Ray yang kupercayai telah menimpuk wajah pas-pasan milikku.
"Mulai nih!"
Kami sedikit berlari kesana kemari mencoba menghindari bantal yang kami lempar pada satu sama lain. Norman yang terlihat mengantuk terdiam di pojok kamar, setidaknya sampai aku tak sengaja tersandung oleh botol Tup*erware yang entah bagaimana ceritanya bisa meng-spawn dilantai kamarku.
"Norman! Aw-"
Grep! Kututup mataku sebelum bisa merasakan musibah yang mendatangi. Lututku mendarat apik di lantai dengan suara merdu, namun kepalaku tidak terasa terantuk lantai. Justru sesuatu yang rata, terasa kain dan aroma parfum yang-
Ah, tentu saja.
Aku.
Berada.
Di atas.
N O R M A N .
Bagus. Sangat bagus. Terimakasih Tup*erware, kamu sudah membuatku jantungan.
"Deket banget anj-" ucapku setengah mengumpat begitu aku mengangkat kepala. "Maaf!"
Bukannya berdiri, otakku yang masih loading setelah melihat Norman yang terduduk dan aku diatasnya, aku justru menunduk dan menutup mata rapat-rapat. Kepalaku makin dekat dengan dadanya membuatku bisa merasakan detak jantung tidak karuan entah dariku atau darinya.
"[Name], tidak apa-apa tapi-"
"I- iya, maaf, aku bantu kamu berdiri- eh, akunya juga masih jatuh."
Cepat-cepat kutarik lutuku dari lantai dan kuulurkan tanganku untuk si surai putih.
"Hahaha. Ayo kita main catur." sahut seseorang dibelakangku.
Dan, sekarang pukul sepuluh lebih beberapa menit, Norman dan Ray saling berhadapan dibatasi papan catur. Mereka menatap satu sama lain dengan i n t e n s. Ray memegang bidak hitam dan Norman bidak putih, klasik seperti dulu saat masih jadi ternak-
"Hei, aku punya ide seru. Bagaimana kalau setiap seseorang kehilangan bidak, dia harus memilih truth or dare," sahut Emma.
"Jadi semisal Ray kehilangan bidaknya, dia dapat truth-or-dare dari Norman begitu?" tanyaku.
"Aku tidak masalah." balas Ray.
"Ide bagus." ujar Norman.
Emma mengangguk dan tersenyum semangat. "Kalau begitu, mulai permainannya,"
💫🌻💫
- Vidia :)
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚃𝙽 𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?
Fiksi Penggemar( DISCONTINUED) Apa yang terjadi setelah "Happily Ever After"? Setelah melewati hidup panjang dalam dunia anime, [Name] akhirnya dapat menyelesaikan seisi alur cerita itu. Namun, alur tak dapat dibiarkan menjulur bebas tanpa ujung. Disinilah kisah m...