"Emma, bukankah buku tulis ini imut?" tanyaku seraya menyodorkan buku catatan bersampul tebal dengan gambar matahari pada sampul.
Emma mengangguk. "Lucu! [Name] mau beli?"
"Enggak, buat kamu," Aku menyodorkan buku catatan itu pada Emma. Lalu mengambil satu buku catatan lagi dengan gambar bulan pada sampul. "Aku ambil yang ini saja."
"Emma, kalau misalnya buku ini sampulnya disatukan.." Aku mendekatkan buku catatan milikku dengan Emma. "Gambarnya tersambung."
Netra emerald gadis bersurai oranye didepanku berbinar. "Wah kita kapal!"
"Couple, Emma." Aku mencubit pipi Emma.
"Iya, couple!"
Tiba-tiba ada yang menepuk pundak kami berdua. Saat menengok, ternyata ada Anna dan Gilda. Lengkap dengan paket dua orang ganteng, Norman dan Ray.
"Kalian udah- eh? Norman dan Ray juga?" tukasku.
"Yang lain juga udah pindah ke sini. Kalian berempat dari tadi kami cari-cari lho," nada bicara Ray terkesan biasa, namun tatapannya tajam menusuk kepadaku.
"Kita udah bilang ke Vidia kok. Ya maaf kalau kalian nyariin. Emang Vidia gak ngasih tahu?" tanyaku.
"Enggak, katanya dia juga enggak tahu kalian di mana." Sontak lidahku ingin mengumpat. Sialan Vidia.
"Aduh, astaga," desahku pelan. "Oke, lupakan soal tadi, ayo cari alat tulis."
💫🌻💫
Pada akhirnya, kami berenam─plus Don yang rusuh karena tidak di ajak dan minus Anna yang sudah menghilang bersama Nat─membeli banyak barang couple. Kita resmi jadi bestie 😍💕(lupakan bagian ini)
"Oke sip, udah 'kan? Yang terakhir itu buku dan alat tulis? Tas, sepatu dan lain-lain udah?" tanyaku memastikan.
Norman mengangguk. "Iya. Vidia mengurus seragamnya ke sekolah."
"Vidia udah ke sekolah?" tanya Emma.
"Iya. Jadi kita sekarang sama Alva aja." ujar Norman.
"Memang enggak bisa dihubungi online?" tanyaku.
"Gak tahu." tukas Norman. "Tapi sepertinya Vidia juga mengurus administrasi dan sebagainya."
"Sendirian?" tanya Gilda.
"Enggak sih, kalau Vidia. Dia pasti punya banyak <babu> bantuan," kali ini aku yang menjawab. "Semisal saudaranya."
"Betul juga. Nggak cuman satu dua anak yang didaftarkan." ujar Ray.
"Omong-omong, kita berenam satu sekolah 'kan?" tanya Emma lagi.
"Iya. Kita satu SMA." jawabku. "Memangnya kenapa, Emma?"
"Tidak, aku hanya tidak tahu bagaimana kalau aku tidak satu sekolah dengan [Name]~" ucapnya seraya memeluk pundakku.
"Hahaha," Aku tertawa.
"Ah.. Kalian bertiga beli novel juga?" tanya Norman setelah melihat novel tebal dalam dekapanku.
Gilda mengangguk. "Iya. Kalian juga?"
"Iya."
"Kalian suka baca apa? Kalau aku horror, thriller, sci-fi, dan kawan-kawannya!" tanyaku semangat.
"Sebagai perempuan pilihan genremu agak anti-mainstream ya," kata Gilda seraya tertawa pelan. "Kalau aku, lebih suka fanfiction."
"Aku suka slice of life. Tapi menurutku mystery dan thriller juga menarik." ujar Emma.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚃𝙽 𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?
Fanfiction( DISCONTINUED) Apa yang terjadi setelah "Happily Ever After"? Setelah melewati hidup panjang dalam dunia anime, [Name] akhirnya dapat menyelesaikan seisi alur cerita itu. Namun, alur tak dapat dibiarkan menjulur bebas tanpa ujung. Disinilah kisah m...