". . .[me]. [Name]!"
"Hng.."
"Bangun,"
Bahuku serasa diguncang kuat-kuat. Aku mengerjapkan mata, mempertajam penglihatan. Wajah Norman terpampang buram didepanku.
"Norman?" gumamku.
"Bangun."
"Ah.. Karma.. Jangan ganggu. . ."
"Dia ngelindur."
"Ah, aku aja yang urus. Kamu pulang duluan aja."
"Oke, sip."
"[Name], bangun.." Guncangan di bahuku menjadi lembut. Daripada membangunkanku seperti katanya, aku merasa tambah mengantuk.
"Udah bangun belum?"
"Belum nih.."
"Susah banget dibangunin,"
"Aku gendong aja."
"Kuat? Aku aja."
"Kuat kok."
Tanganku berasa diangkat dari kerasnya meja. Aku mengernyit. Selanjutnya, paha dan kakiku diangkat dari kursi. Digantikan dengan sepasang tangan.
'Ini Karma yang ngangkat gue? Eleug sia bahaya! Kalau gue dilempar ke kolam renang gimana?' pikirku.
"Hnng- aduh, turunin!" Alih-alih Karma dan rambut cabe-nya, yang kulihat adalah cowok ganteng dengan surai seputih salju dan mata sebiru langit.
"Ahahaha, ganteng.. Gue pasti lagi mimpi ini. . ." Aku meringkuk dalam dekapan cowok ganteng itu. "Gak mau bangun ah~ Peluk terus ya?"
"Astaga [Name].."
💫🌻💫
"Hoahm~! Menganjay, tidurku nyenyak." Aku meregangkan lenganku. Lalu kutengok sekeliling. "Eh? Mobil?"
"Jangan-jangan aku dicu- oh, Norman." Aku tertawa pelan. "Aku ketiduran di kelas ya?"
"Bukan ketiduran. Kamu tidur sendiri 'kan [Name]?" sindiri Ray.
"Uh, ketahuan deh,"
"[Name] hebat ya, hari pertama masuk udah bolos aja."
"Udah dong,"
Aku menggerutu. Vidia tertawa pelan. "Omong-omong, nanti malam kita pergi ke festival ya. Siapkan diri!"
"Omong-omong tentang festival.. [Name], kamu belum punya kimono 'kan?" tukas Gilda.
"Eh? Kalau dipikir-pikir sih belum. Kenapa memang?"
Vidia terkesiap, hampir melompat dari jok depan ke jok belakang. "Hei! Kenapa kamu tidak bilang dari tadi?"
"Eh? Memangnya harus. Lagi pula enggak wajib pakai yukata atau kimono 'kan? Dan lagi.. Yuki Matsuri pasti bakal dingin." protesku. Aku melipat tangan.
"Justru itu kegunaan kimono." ujar Vidia.
"Tapi-"
"Gak, gak, gak. Gak ada tapi. Kak Al, turun di sini."
"Nah, semua, kumpul di rumah Isabella ya, pukul setengah delapan nanti. Sampai jumpa~" Vidia dengan santai melambai dan turun dari mobil sembari menarikku.
"Vidia!" Aku meringis tatkala angin dingin sore ini berhembus menembus kulitku yang hanya terbalut seragam sekolah.
"Ups, dingin ya? Nih, pakai mantelku saja." Vidia mengeluarkan mantel cokelat yang dilipat dari dalam tas.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝙻𝚃𝙽 𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?
Fanfiction( DISCONTINUED) Apa yang terjadi setelah "Happily Ever After"? Setelah melewati hidup panjang dalam dunia anime, [Name] akhirnya dapat menyelesaikan seisi alur cerita itu. Namun, alur tak dapat dibiarkan menjulur bebas tanpa ujung. Disinilah kisah m...