─ ✧ O2 : ❝Snow City❞ ⋆ 🌻

314 42 41
                                    

Aku sekarang ada diatas kasur. Entah mengapa aku tidak bisa tidur. Sepertinya karena.. Aku lapar, hehe.

Aku bangun dari kasur. Berjalan keluar kamar. Lalu menuju dapur. Lampu rumah semuanya mati kecuali lampu teras. Eh, sebentar. Lampu dapur menyala?

"[Name]?"

"Ray?"

Kami saling panggil. Lalu tersenyum. "Nggak bisa tidur?" tanyaku.

"Iya. Kau juga?"

"Aku lapar."

Kulihat Ray sedang membuat nasi goreng. "Ah, biar kubuat omeletnya."

Aku mengambil teflon dari lemari. Lalu menaruhnya diatas kompor. Mengambil telur dan susu dari kulkas. Dan mengambil garam serta lada dari rak rempah-rempah. Kocok telur, tambah susu, garam, dan lada, kocok lagi, masukkan teflon. Lalu masak sampai matang.

Aku menaruh omelet keatas piring nasi goreng yang dibuat Ray. "Ray, saus tomat ada dimana?"

"Ini."

Ray melempar botol saus tomat dan untungnya aku bisa menangkapnya. Aku berpikir sebentar. Aku ingin menulis sesuatu di atas omelet ini.

Jamet.

Aku membuka tutup botol saus dan membuat huruf-huruf rapi yang bisa di baca 'Jamet'. Lalu tersenyum melihat tulisanku yang rapi.

"[Name], piring."

"Eh, iya."

Aku mengoper piring putih ke Ray, lalu mengambil omelet telur yang sempat kudiamkan di atas teflon. Dan menaruhnya ke atas piring nasi goreng. Aku juga akan menulis sesuatu di sana, sebelum Ray merampas botol saus dari tanganku. "Aku mau menulis."

Ray menggerakkan tangannya. Dia menulis, 'Pendek'. Astaga. Aku rasanya ingin mengambil pisau dapur dan menggorok lehernya. Tapi aku hanya mengusap dada dan menghela napas, berusaha sabar. Sementara Ray tertawa di sebelahku.

Aku membawa piring, lalu duduk di meja makan. Makan sambil mendengus.

"Ngambek?" ledek Ray.

Aku hampir melempar sendok. Tapi kutahan, jelas. Membuat Ray tertawa puas seraya menyuapkan nasi goreng dan omeletnya.

"Iya-iya, maaf."

Aku tidak menggubrisnya. Hanya makan makananku dengan kesal. Membuang wajahku dari laki-laki bersurai hitam di sebelahku ini.

"[Name]."

"[Name]."

"Liat sini~"

"Nengok dong~"

Aku berdecak kesal, menengok kearahnya. "Apa-"

Cup. "Nah, jangan ngambek lagi."

Ah. ANJING KAU RAY!

Kurasa pipiku sudah semerah tomat. Apa yang tadi di lakukannya? Mencium pipiku?

Kita 'kan teman, jangan seperti itu:(

"Sepertinya aku datang di saat yang salah." suara datar Vidia terdengar.

"Vidia!"

💫🌻💫

Niit! Niit! Niit-

Aku mematikan jam alarm. Lalu menguap dan meregangkan tubuh. Kulirik jam, pukul 6:31. Ajaibnya, aku bangun pagi sekali setelah tidur tengah malam. Mungkin karena alarm itu, mungkin.

Set! Pintu kamarku terbuka. "[Nameeee]!"

Emma datang sambil merentangkan tangan, aku yang masih setengah sadar hanya tersenyum dan berdiri─

𝙻𝚃𝙽  𝙰𝚏𝚝𝚎𝚛𝚖𝚊𝚝𝚑 : What Happen After "Happily Ever After"?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang