Josandi berjalan menelusuri rak-rak makanan di supermarket, walaupun dia berniat untuk menetap di rumah Mahendra, tapi bagaimanapun dia harus pergi dari rumah itu.
"Josandi." Panggil seseorang yang terdengar sangat dekat.
Josandi melihat ke segala arah mencari keberadaan suara itu. Ketika matanya bertemu dengan mata seorang perempuan yang membuatnya terkejut.
"Gawina?" Sebuah nama keluar dari mulutnya.
"Lama tidak berjumpa, bagaimana kabarmu?"
Josandi terdiam melihat perempuan yang pernah disukainya terlihat lebih kurus dari yang diingatnya. Perempuan yang dulu sangat cantik, pendiam dan tertutup itu sekarang berdiri dihadapannya dengan keadaan yang berbeda.
"Baik, bagaimana kabarmu? Suamimu? Anakmu?" Tanya Josandi tanpa jeda.
Gawina tersenyum, "Semuanya baik."
"Kamu banyak berubah." Kata Josandi.
"Kamu yang banyak berubah, sepertinya kamu sudah tidak takut lagi dengan ketinggian." Gawina meletakkan tangannya melayang diatas kepalanya, mengartikan tubuh Josandi yang jauh lebih tinggi dari yang diingatnya.
Josandi yang perlu beberapa detik menangkap maksud Gawina akhirnya tergelak. Gawina menutup mulutnya sambil tertawa, sudah lama Gawina tidak merasakan bahagia seperti ini.
"Bagaimana kalau hari ini aku traktir makan, banyak yang ingin aku tanyakan." Ucap Josandi.
Gawina mengangguk setuju, anak-anaknya sudah kembali ke kesibukannya masing-masing, rumahnya sepi. Josandi mendorong troli belanja Gawina dan membayar semua belanjaannya. Tidak lupa membawakan belanjaan itu menuju ke sebuah restoran.
Setelah memesan, Josandi dan Gawina duduk di kursi yang kosong. Josandi menarik kursi untuk Gawina, Gawina duduk perlahan dan meletakkan tasnya di pangkuannya.
"Berapa tahun ya kita gak ketemu?" Tanya Josandi.
"Sangat lama sampai tidak terasa usia kita tidak muda lagi." Jawab Gawina, menolak untuk menjawab dengan jawaban pasti.
"Selama itu, berapa anakmu? Mereka pasti sudah dewasa."
"Lim--maksudku enam, bagaimana denganmu?"
"Satu, aku punya 1 anak."
Josandi membayangkan wajah putra tunggalnya, putra yang dirawat oleh ibunya, tapi tidak tahu bahwa Josandilah Ayahnya.
"Istrimu?"
"Aku belu-"
Tak lama makanan pesanan mereka datang, pembicaraan pun terhenti. Setelah pelayan pergi, Gawina menatap Josandi, menunggu jawaban yang tertunda.
"Aku belum menikah."
Gawina mengangkat alisnya karena terkejut, dia tidak menduga jawaban Josandi. Gawina mengakhiri pembicaraan dan fokus dengan makanannya. Josandi mengeluarkan sapu tangan dari sakunya sambil berkata dengan perlahan.
"Aku adalah laki-laki yang paling setia, menunggu seorang perempuan yang bahkan sudah bersuami."
Gawina terdiam, mantan suaminya adalah orang yang membuatnya berpikir bahwa semua laki-laki itu hobi selingkuh, tapi sekarang dihadapannya seorang laki-laki yang dikenal Gawina bertahun-tahun, mengatakan bahwa kesetiaannya tidak terbantahkan.
"Apa kamu masih menyimpan perasaan untukku Jos?" Tanya Gawina.
"Masih, tapi tidak sebesar dulu." Jawab Josandi tanpa keraguan.
"Bolehkah aku berharap perasaanmu bisa lebih besar dari dulu?"
Josandi yang bersikap tenang, tiba-tiba menjadi gugup. Mendengar permintaan dari seorang perempuan yang pernah disukainya, perempuan pendiam tanpa ambisi apapun dan selalu bersikap anggun tanpa cela.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Mahendra Ali Saka
Romance*Baca 6 cerita sebelumnya dulu ya.* Semua keluarga memiliki masalahnya sendiri, tapi tidak semua masalah harus di selesaikan bersama keluarga. Start writing : 10 Juni 2021