6

0 0 0
                                    

Kencana duduk di hadapan cermin sambil melihat foto kecil Wisnu. Kini putra sulungnya akan memiliki putra, mungkin juga putri. Kencana merindukan saat Wisnu pertama kali melihat Erwin, dia memberikan semua mainannya tanpa kecuali.

Tapi foto itu terasa ganjil, ada Ratih di dalam foto itu. Ya, istri pertama Mahendra Ali Saka. Walaupun Kencana tahu bahwa suaminya tidak mungkin kembali pada Ratih, tapi seorang Ayah tidak mungkin melepaskan anaknya begitu saja. Kehadiran Anna akan selalu jadi penghubung antara Mahendra dan Ratih.

"Ibu, apa ini karma yang harus aku tanggung karena perilakumu?" Gumam Kencana.

Kencana meletakkan kembali foto itu ke tempatnya semula. Kemudian dia berdiri dan berjalan keluar dari kamar yang sunyi itu. Saat dia berjalan keluar dari pintu, tiba-tiba seikat bunga mawar ditujukan padanya.

"Selamat siang." Sapa pemberi mawar itu.

Kencana mendengus, kemudian perjalanan pergi, meninggalkan Josandi dan seikat mawarnya. Josandi berjalan kecil, menyamakan langkahnya dengan Kencana. Dia mengikuti kemanapun Kencana melangkah, seperti bayangan.

"Berhenti mengikutiku." Ucap Kencana yang mulai geram.

"Aku hanya ingin tahu keadaan tanganmu." Jawab Josandi.

"Sudah lebih baik, jadi jangan ikuti aku." Josandi menarik tangan Kencana dan membuatnya meringis. "Aw..."

"Tidak bisakah sebentar saja kamu mendengarkan aku."

Josandi melepaskan tangannya, setelah Kencana tenang dan setuju untuk mendengarkan, mereka memilih untuk duduk di perpustakaan, tempat paling sepi dan hanya Wisnu yang suka memasukinya.

"Kana, aku akan berhenti mengganggumu, tapi harapanku agar kamu bercerai dari kakakku itu akan selalu jadi harapanku." Josandi mengutarakan niatnya. "Aku akan mengunjungi Ibumu."

"Untuk apa?" Kencana berkata dengan suara datar.

"Hanya memastikan bahwa dia baik-baik saja, walaupun dia bukan ibu mertuaku, tapi dia tetap perempuan yang aku hormati."

"Dia tidak layak kamu hormati."

Walaupun terdengar seperti Kencana membenci Ibunya, sebenarnya tidak. Josandi tahu bahwa Kencana hanya lelah dengan perilaku Ibunya yang suka bergonta-ganti pasangan. Diusianya yang suka menginjak kepala 7, Ibu Kencana masih bisa memikat laki-laki diusia Wisnu. Mungkin jika Josandi tidak mengenal Kencana, Josandi akan mengira bahwa Ibu Kencana itu seusia dengannya, memang seawet muda itu.

*

"Sha, ini Kakak ada double cheese burger untuk Sha."

"T-terima kasih Kak Anna."

Natasha menerima burger yang masih hangat itu dari tangan Anna. Anna memperlakukan Natasha lebih dari seorang senior pada juniornya. Setiap kali ada kesempatan, Anna melindungi dan membantu Natasha.

Natasha tahu Anna utusan Ayahnya, tapi perilaku Anna lebih seperti memanjakannya. Natasha keberatan dengan itu, ditambah lagi jika sampai senior-senior nya yang lain tahu.

"Kak, bisa kakak berhenti memanjakan aku?" Ucap Natasha.

"Kakak pikir itu perhatian kecil, bukan memanjakan." Ucap Anna dengan santai.

"Membereskan kekacauan yang aku buat, menutupi kesalahan yang tidak dilihat orang lain, memperhatikan apa yang aku makan, itu bukan perhatian kecil. Apa ayahku yang menyuruh kakak untuk melakukan ini?"

Keluarga Mahendra Ali SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang