"Than..."
"Iya tuan putri?"
"Kalau Ganendra selingkuh, jangan bunuh dia ya, biar saja dia bahagia dengan pilihannya, suatu hari nanti aku pasti bertemu orang yang setia."
"Apa maksudmu?"
Natasha hanya tersenyum menatap Nathan. Saat Nathan ingin meraih Natasha, tiba-tiba dadanya sesak, sakit seperti perih. Nathan memejamkan matanya, menahan perih di dadanya.
Saat Nathan membuka matanya, dia melihat langit-langit kamarnya. Dia baru saja terbangun dari mimpi. Nathan mengusap wajahnya yang basah oleh keringat.
Mimpi apa tadi?
Nathan merasa sesuatu terjadi di mimpinya, saat dia terbangun dia merasa lega. Sesuatu, tapi dia mimpi apa dia tadi. Nathan bangun dan menyeret tubuhnya untuk duduk.
Kakinya belum menunjukkan perkembangan, Nathan mulai khawatir tidak akan bisa berjalan lagi. Sebenarnya obat apa yang Ayahnya berikan, sampai dia lumpuh seperti ini.
Tak lama Mulan masuk membawa makanan dan obat.
"Selamat siang, tidur siangmu nyenyak?" Tanya Mulan sambil meletakkan nampan makanan itu keatas nakas."Tidak terlalu." Jawab Nathan.
"Masalah tidurmu semakin buruk, apa mau aku panggilkan dokter?"
"Tidak perlu, tidurku memang tidak beraturan sejak kecil. Itu bukan masalah besar."
Sejak Nathan mengetahui kemampuannya melihat masa lalu, Nathan kesulitan bangun pagi dan tidur nyenyak di kala siang. Konsekuensi yang harus dia tanggung untuk kemampuan istimewanya itu. Kadang dia berharap ingin menjadi orang normal saja.
"Terserah padamu kalau begitu." Ucap Mulan.
"Oh ya, Natasha ada di rumah?"
"Ini hari Jum'at, dia ke kantor."
"Ayah? Bunda? Om Josandi?"
"Hanya ada Tante Kencana, Om Mahendra pergi ke kantor pusat dan Om Josandi pergi untuk mengurus pensiunnya."
"Kakak-kakakku?"
"Beraktivitas seperti biasanya."
Nathan mengangkat alisnya sambil mengangguk pelan, semuanya berjalan normal. Lalu jika bukan tentang keluarganya, lalu tentang apa mimpinya?
**
Natasha menutup layar laptopnya, kemudian mengeluarkan kotak bekalnya. Tadi dia tidak sempat sarapan, sepertinya kesehatannya menurun sejak kata-kata Kamphaeng mempengaruhi tidurnya. Natasha keluar dari mejanya, kemudian berjalan menuju kantin.
"Sha..."
"Iya Kak?"
Anna muncul dari belakang Natasha dan menyesuaikan langkahnya dengan Natasha. Anna diam sejenak, lalu berbicara dengan suara yang yakin.
"Sebentar lagi masa magangmu kan selesai, kakak ingin ngajak kamu makan bersama, itu juga kalau kamu tidak keberatan."
"Boleh Kak, kapan?" Persetujuan Natasha membuat Anna tersenyum.
"Hari ini, sepulang kerja, tapi kakak gak tahu dimana. Kamu ada rekomendasi?"
"Kakak ada alergi makanan?"
"Enggak."
"Sebenarnya Jum'at kemarin temanku ada yang baru buka restoran, di tengah hutan Pinus gitu, namanya Tamago restaurant, ya itu lah."
"Boleh boleh."
Anna menjawab dengan semangat, ini mungkin akan jadi kali terakhirnya makan bersama Natasha, dia ingin memberikan sesuatu yang spesial. Tapi sesuatu mengganjal di hatinya, apakah Natasha sudah tahu kalau mereka bersaudara? Selama ini Natasha tidak menunjukkan respon apapun padanya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Keluarga Mahendra Ali Saka
Romansa*Baca 6 cerita sebelumnya dulu ya.* Semua keluarga memiliki masalahnya sendiri, tapi tidak semua masalah harus di selesaikan bersama keluarga. Start writing : 10 Juni 2021