3

0 0 0
                                    

"Selamat pagi Natasha." Ucap Anna saat bertemu dengan Natasha di depan kantor milik Ganendra.

"Pagi... Kak Anna ya?"

Anna mengangguk, ini adalah kali pertamanya bertemu dengan adik perempuannya secara langsung. Hari ini adalah hari yang paling Anna tunggu, disaat dia bisa dekat dengan saudarinya.

"Selama beberapa bulan ke depan, aku akan jadi mentormu, tanyakan apapun yang kamu mau."

Anna ingin memanjakan adiknya sama seperti saudara-saudaranya yang lain memanjakan Natasha. Saat Ayahnya tiba-tiba menelponnya dan mempercayakan Natasha padanya, Anna bahagia bukan kepalang.

Anna mendahului Natasha masuk ke kantor. Natasha melihat lobi gedung itu, sangat berbeda dari bayangannya. Dia tidak pernah datang ke perusahaan Ayahnya, karena terlalu banyak kegiatan dan harus fokus pada bisnis food truck-nya.

Sebenarnya Natasha ingin bekerja lapangan di perusahaan lain karena dia adalah bagian dari Al Saka bersaudara, membuatnya di perlakukan istimewa. Tapi Ayahnya selalu merencanakan setiap langkah dan tahap kehidupannya. Natasha hanya bisa menerimanya karena tidak memiliki banyak waktu.

Anna mengantarkan Natasha sampai ke mejanya, tidak lupa dia memperkenalkannya pada semua pegawai.

"Selamat pagi semuanya, perkenalkan ini Natasha Alexandra, dia mahasiswa fakultas bisnis Universitas X, saya harap kalian bisa bekerja sama dan membantunya."

"Baik Bu Anna." Ucap semua pegawai secara serempak.

"Nah Sha, itu ruangan Kakak, kalau butuh apapun kamu bisa langsung kesana." Anna menunjuk ruangan sudut kantor yang bertuliskan Kepala Divisi.

Natasha mengangguk dan langsung duduk di kursinya. Sekitar 20 menit dia duduk tanpa melakukan apapun, setumpuk berkas mendatanginya. Hari yang melelahkan pun dimulai.

Di tempat lain Erwin terhanyut dalam pikirannya, kakak yang tidak pernah dianggapnya tiba-tiba masuk ke kehidupan adiknya. Seandainya Natasha setuju untuk bekerja di perusahaannya, harusnya ini tidak terjadi.

"Pak Erwin ada Bu Brigitta." Ucap sekretaris Erwin dari balik pintu.

"Masuk." Pintu terbuka, menampilkan seorang perempuan berpakaian serba putih dengan wajah tenangnya memasuki ruangan Erwin.

"Selamat pagi pacar." Sapa Brigitta.

"Pagi juga." Balas Erwin.

Brigitta duduk di kursi yang berhadapan dengan Erwin, dia menyodorkan sekotak kue dari toko langganan Erwin.

"Apa ini? Sogokan?" Senyum Erwin tersungging.

"Bolehkah aku lihat perusahaan yang kamu rahasiakan itu? Aku ingin melihatnya."

Ingatan Brigitta perlahan kembali, muncul secara acak, membuat Erwin harus banyak menjelaskan setiap kejadian seperti puzzle.

"Perusahaan itu sangat jauh, aku jarang kesana."

"Kapan kamu berencana pergi kesana?"

Erwin melihat kalender di mejanya dan menghitung hari yang tersisa sebelum dia pergi ke perusahaan itu.

"Dalam beberapa hari."

"Akan aku tunggu, kalau begitu aku permisi."

Brigitta berdiri dari kursinya dan berjalan keluar dengan anggun. Saat Brigitta menghilang dari pintu, Erwin menopang dagu dan sedikit berpikir. Sebagai anak sulung perempuan keluarga Subakti, Brigitta adalah orang yang kuat.

Ayahnya yang berselingkuh dengan adik angkatnya, Ibunya yang selalu memendam dan berdiam diri berjam-jam tanpa bicara sedikitpun. Adik-adiknya yang mulai beranjak dewasa dan membenci Ayahnya.

Keluarga Mahendra Ali SakaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang