Happy Reading🦋
"Jawaban? Itu pertanyaan, bego," sahut Zia mendekatkan wajahnya ketelinga Lani, agar ucapannya terkesan lirih, namun menekan.
"Lo buta, Lan?"
"Coba gue tanya, dari awal lo liat gue, gue itu punya mata apa enggak?"
"Kalo lo ngeliat gue emang punya mata, ngapain lo susah-susah nanya? Padahal lo udah liat sendiri, kan, kalo gue ini punya mata,"
"Dan kalo lo nggak ngeliat gue ini punya mata, berarti lo yang buta," cerocos Zia dingin.
Lani yang mendengar ucapan Zia pun langsung menatap nyalang gadis didepannya dan meremas kuat rok sekolah yang dipakainya.
"LO-!"
"Pinter? Makasih," potong Zia tersenyum paksa dan langsung pergi dari hadapan Lani.
Wajah Lani memerah padam menahan amarahnya.
"AAAARKHH!" pekiknya frustasi.
"Eh! Zi! Kalo emang lo punya mata! Kenapa lo malah tanya gue buta apa enggak?! Harusnya 'kan lo tau dengan mata kepala lo sendiri, tanpa harus tanya ke gue lagi!" celoteh Lani yang malah memperpanjang hal ini.
"Ck, ribet banget jadi betina! Heran gue!" batin Zia jengah.
Dengan malas, Zia berbalik menghadap Lani yang menatap nyalang dirinya.
"Itu karna tadi lo yang nanya ke gue, punya mata apa enggak. Jadi jangan heran kalo gue tanya kayak gitu. Soalnya 'kan kadang orang buta nggak keliatan kalo dia itu buta! Bisa aja buta huruf, buta warna, buta hati, atau juga ...." Zia menggantungkan ucapannya.
"MICEK!" lanjut Zia penuh penekanan.
Lani menghela nafasnya kasar. "Micek?!" tanyanya masih dengan amarah.
"Iya, micek! Yang sebenernya bisa liat, tapi pura-pura nggak ngeliat!"
"Sekarang lo udah tau 'kan, macam-macam buta? Ada manfaatnya juga lo marah-marah gini ke gue, itung-itung bisa nambah wawasan lo yang jauh dari kata banyak," lanjut Zia yang kini menetralkan kembali suaranya, kemudian melenggang pergi tanpa menghiraukan kembali manusia paling rempong didunia.
-BNY-
Bel pulang sekolah berbunyi, saat dimana semua siswa terbebas dari tuntutan waktu belajar, dan saat dimana semua siswa terbebas dari semua hal yang membosankan di gedung belajar ini.
"Huh ... akhirnya bisa bebas dari Aki Salim!" ungkap Zia lega seraya mengibas-ngibaskan kerah seragamnya agar tubuhnya bisa mendapatkan lebih banyak udara.
Risa terkekeh. "Dosa loh, nyebut guru pake kata aki,"
"Yeuu ... emang dia udah aki-aki," sahut Zia cepat dengan kekehan kecilnya.
"Aki Saliman, gitu?" tanya Risa tertawa.
"Iyups! Aki SALIMan!" sahut Zia menekan kata 'salim' saat dirinya menjabat tangan sang sahabat.
"Oke, gue cabut dulu, ya? Gue tau lo pulang sama Kak Riki!" tutur Zia seraya melenggang dari hadapan Risa dengan setengah berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔
Teen FictionSEDANG REVISI🗿 Sreg. Bara mendorong Zia sampai ke sudut tembok, kemudian kedua tangannya mengurung tubuh mungil gadis itu. "Kak, nggak usah modus, ya. Adegan kek gini banyak difilm-film dan dicerita wattpad yang gue baca." "Lo udah kurang ajar, ya...