Malam ini Bara dibuat sangat gusar karena masih memikirkan dua sahabatnya yang sejak pagi tadi mendiamkan dirinya.
"Aneh aja, gitu, tiba-tiba mereka ngacuhin gue," gumamnya pelan.
Bara duduk dibalkon kamarnya dengan wajah memelas seraya menengadah keatas, seakan memberi tau pada semesta bahwa sekarang dirinya sedang tak baik-baik saja.
"Ya Alloh ... Riki emang kek kulkas ... tapi sumpah beneran nggak bo'ong, gue nggak bisa tanpa dia." Keluhnya.
"Ya Alloh ... Leo emang nyebelin, tukang rusuh, tapi gue nggak bisa juga tanpa dia."
"Mereka itu udah kek keluarga gue sendiri. Meskipun mereka aneh, tapi mereka yang selalu ada disaat gue butuh apa-apa," lirihnya dengan mata yang sudah berkaca-kaca.
Jangan pernah lupa, kalau Bara anak manja.
Dengan cepat, Bara mengusap kasar air matanya yang saat ini sudah menetes.
-BNY-
Hari sudah larut malam, tapi Bara sama sekali belum bisa tidur, pikirannya terus bergelut tentang apa yang membuat kedua sahabatnya itu mendiamkannya seharian.
Terlentang, nungging, tengkurap, guling kekanan, guling kekiri.
Semua gaya tidur bahkan sudah dirinya coba agar ia bisa terlelap, tetapi tetap saja, pikirannya selalu gusar tak nyaman.
Bara pun akhirnya memutuskan untuk duduk, sembari merenungi dirinya sendiri dengan guling yang terus ada didekapannya.
"Upin ... Ipin ... bantu gue mikir, pliss! Gue ada salah apa ke Leo sama Riki?" tanya Bara pada gulingnya yang bermotif kartun Upin & Ipin.
"Bantuin gue mikir, dong ...." lirihnya sembari jarinya menggambar abstrak diguling bermotif kartun itu.
"Bantuin gue mikir ...."
"Bantuin gue mikir ...."
"Bantuin gue mikir ...."
"Bantuin gue mi–"
"Aaargh! Prustasi, nih, gue!" pekik Bara yang langsung mengacak rambutnya frustasi, tatapannya menyorot tajam pada mata kedua tokoh kartun tersebut.
"Dasar Upil Ipil, lo!" sentaknya dengan jari telunjuknya yang menekan-nekan wajah Upin dan Ipin di gulingnya.
"Dasar kecebong! Gue minta pendapat aja lo nggak jawab!" gertaknya menatap nyalang gambar Upin & Ipin itu.
Bara langsung melemparkan gulingnya kesembarang arah, kemudian pandangannya tertuju pada selimutnya.
Bara menatap sengit kearah motif karakter kartun itu. "Lo lagi! Lo lagi!"
Kemudian Bara menyingkap selimutnya itu, malam ini dirinya sedang sangat malas untuk memuji karakter kartun kesayangannya. Mood-nya benar-benar sedang hancur saat ini.
Lelaki itu langsung bangkit dari kasurnya, berniat untuk keluar menuju kamar sang Daddy.
Bara yang saat ini kembali meneteskan air matanya pun langsung mengusapnya dengan kasar.
"Gue mau ke kamar Daddy! Bye!" ketus Bara menatap seluruh penjuru kamarnya dengan sinis.
Saat ia membuka pintu untuk keluar, Bara teringat sesuatu, kemudian dirinya berbalik arah lagi menuju nakkasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔
Teen FictionSEDANG REVISI🗿 Sreg. Bara mendorong Zia sampai ke sudut tembok, kemudian kedua tangannya mengurung tubuh mungil gadis itu. "Kak, nggak usah modus, ya. Adegan kek gini banyak difilm-film dan dicerita wattpad yang gue baca." "Lo udah kurang ajar, ya...