"Karena sebuah kasih sayang takkan ternilaikan dibandingkan dengan harta yang takkan terbataskan."
●ZiaAuristellaZanna●
Tangan Zia meremas kuat ujung T-shirt yang ia pakai, air matanya kini luruh membasahi pipinya tanpa diminta. Bisa-bisanya ada seorang anak yang tega membentak orang tuanya? Mengapa ada seorang anak yang menyia-nyiakan waktu bersama orang berharganya? Sedangkan Zia bahkan ingin sekali menghabiskan banyak waktu dengan orang tercintanya.
Terkadang Zia saja ingin hidup dalam keluarga sederhana yang orang tuanya selalu ada, tidak seperti orang tua yang selalu mementingkan harta dibandingkan bahagia.
"LANI NGGAK PEDULI! LANI MAU PERGI SAMA TEMEN-TEMEN LANI! BAPAK MAKAN SENDIRI AJA!" gertak gadis itu seraya meninggalkan lelaki tua yang sedari tadi memohonnya untuk makan bersama.
Zia menggigit bibir bawahnya, agar isakannya tak terdengar jelas ditelinganya.
Ya, Zia membenci air mata, Zia membenci tangis itu ada, tapi kali ini air mata Zia luruh karena melihat seorang anak membentak orang tuanya, terlebih saat lelaki itu sampai memohon-mohon pada anaknya sendiri hanya perihal ingin makan bersama.
Jika Zia berada diposisi gadis itu, maka Zia tidak akan membuang waktu untuk menolak ajakan lelaki itu, karena Zia sangat rindu, masa dimana semua tak mengukur bahagia dengan harta, karena nyatanya, dengan harta saja Zia tak bahagia.
Zia mendapati Lani yang ternyata teman sekolahnya itu pergi dengan menaiki mobil mewah seorang diri, tak terlihat siapapun didalam mobil itu, Lani juga yang menyetir mobil itu sendiri.
Zia berpikir keras. Jadi, Lani itu siapa?
Dia orang yang ber-ada, atau orang yang hanya pura-pura banyak harta?
Zia mengusap kasar air matanya, sekuat tenaga ia tahan isakan demi isakan yang ingin sekali keluar dari mulutnya.
Dengan segera, Zia berlari mendekat ke arah lelaki itu berada.
Lelaki itu sekarang tak berdaya untuk menahan tangisnya.
"Lani ...." lirih lelaki itu disela isakannya.
"P--pak ... sini biar saya bantu," ucap Zia dengan menahan air matanya agar tidak menetes lagi. Dengan cepat Zia mendaratkan tangannya dibahu lelaki itu dan berusaha membantunya untuk berdiri.
Saat lelaki itu mendongak, Zia terbelalak, ternyata ....
"P--pak--pak Bejo?" lirih gadis itu tak kuat menahan isak tangisnya.
Seketika Zia memeluk lelaki itu, lelaki yang Zia kenal sebagai penjaga gerbang di sekolahnya, lelaki yang ia kenal bukan siapa-siapa temannya, tapi nyatanya, dia adalah ayah dari Lani? Lani yang Zia kenal sebagai anak orang kaya karena penampilannya yang tak pernah lupa update, ternyata dia anak dari penjaga gerbang di sekolahnya? Mengapa Lani tak pernah mengakui bahwa lelaki itu adalah ayahnya? Malu 'kah?
"Ja--jadi, Pak Bejo ayahnya Lani?" tanya Zia dengan mengelus punggung lelaki itu seraya menenangkan.
Pak Bejo sedikit menganggukkan kepalanya. "Jangan beri tahu tentang ini pada temanmu yang lain, neng Zi," pinta Pak Bejo seraya melepas pelukan Zia.
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔
Teen FictionSEDANG REVISI🗿 Sreg. Bara mendorong Zia sampai ke sudut tembok, kemudian kedua tangannya mengurung tubuh mungil gadis itu. "Kak, nggak usah modus, ya. Adegan kek gini banyak difilm-film dan dicerita wattpad yang gue baca." "Lo udah kurang ajar, ya...