"Bangsat!!!" pekik Bara menatap nyalang Kenzo.
"Kenapa lo nyakitin cewek yang sama sekali nggak ada salah sama lo?!" tanya Bara berapi-api.
Kenzo terkekeh mengerikan. "Karna dia yang harus nebus kebangsatan bokapnya,"
"Apa maksud lo?" tanya Bara lagi dengan penuh penekanan.
Kenzo mendekat kearah Zia dan menariknya ketengah-tengah semua orang.
"Pelan-pelan! Bangsat!" peringat Bara yang wajahnya kini memerah padam.
Saat Bara akan menolong Zia, justru Kenzo mencegahnya.
"Lo maju, dia mati." ancam Kenzo dengan pisau yang siap ia tancapkan keperut gadis itu.
Tanpa perasaan, Kenzo menarik jaket Bara yang Zia kenakan, dan membuangnya kesembarang arah. Hal ini dilakukannya agar lebih mudah menyiksanya, dan lebih puas mempermalukannya.
Zia hanya pasrah, dirinya merasakan pusing yang luar biasa, dan rasa sakit yang luar biasa. Ia hanya bisa berdoa pada Tuhan agar dirinya bisa selamat dari kejadian yang mengancamnya, atau sekalian dijemput saja agar dirinya tak kembali merasakan luka yang luar biasa.
Saat ini Zia hanya mengenakan tanktop dan rok sekolah pendeknya. Darahnya mengalir deras dilengan dan dipahanya. Semua orang hanya bisa menatapnya prihatin tanpa bisa menolongnya.
Leo yang tidak pingsan pun ikut semakin lemas melihat kejadian itu, apalagi melihat gadis humoris seperti Zia sedang luar biasa tak berdayanya.
Riki. Dirinya saat ini sudah sadarkan diri, pandangannya masih meremang, namun dirinya dapat merasakan penderitaan yang Zia rasakan saat ini, dirinya juga tak menyangka jika nasib Zia akan sesadis itu.
"B-bunuh aja, ng-nggak papa, kok. Da-dari pada mahkota be-berharga gue lo ambil p-paksa," ucap Zia membuat Kenzo mencengkeram kuat dagunya.
"Nggak semudah itu." tekan Kenzo.
"Kenzo! Cukup, Nak!" peringat Mayra yang kini isakannya semakin menjadi.
"Apa lo?! Nggak trima?! Gue juga, Mah!"
Kenzo menjatuhkan Zia dari cengkeramannya, Bara yang melihat pun langsung berlari mendekat kearah Zia dan memeluk erat gadis itu.
"Sorry, Zi ... gue nggak becus jadi cowok. Sorry, Zi ... gue nggak bisa bela diri. Jujur, gue bener-bener nyesel jadi cowok lemah kayak gini, hingga akhirnya saat ini gue cuma bisa meluk lo tanpa ngelumpuhin dia yang berani nyakitin lo," batin Bara merasa bersalah.
"Mah! Lo jadi perempuan tuh yang berharga dikit, dong! Kenapa lo lebih milih duda kayak dia dibandingkan bareng terus sama Papah?! Lo nggak pernah kasian ngeliat Papah yang sakit jantung itu?! Lebih milih selingkuh dari pada ngerawat Papah yang butuh perhatian dari lo?!" teriak Kenzo mulai membuka masalahnya.
"Disaat Papah sakit-sakitan, justru lo malah sering pergi keluar yang entah tujuannya kemana. Apa itu karna lo mau ketemu sama Hendra? Iya?!" tanya Kenzo mengintimidasi.
"Ngotak dikit! Papah yang selalu ada buat lo disaat lo susah! Tapi kenapa lo nggak pernah mau ada disaat dia butuh lo?!"
"Kerjaan lo cuma ketemuan! sayang-sayangan! Sampe lo lupa kalo lo udah punya suami yang harus lo peduliin, dan anak yang harus lo jagain. Goblok!!!"
"Papah yang nggak tau kelakuan busuk lo itu cuma bisa ngira kalo lo adalah perempuan yang setia, perempuan yang bisa jaga hatinya dengan baik. Tapi nyatanya?! Lo lebih busuk dari sampah, Mayra!"
"Hingga akhirnya, dua bulan yang lalu Papah meninggal. Hari itu pertama kali waktu dia tau kalo ternyata lo selingkuh! Penyakitnya kambuh, dan berakhir meninggal!"
KAMU SEDANG MEMBACA
BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔
Ficção AdolescenteSEDANG REVISI🗿 Sreg. Bara mendorong Zia sampai ke sudut tembok, kemudian kedua tangannya mengurung tubuh mungil gadis itu. "Kak, nggak usah modus, ya. Adegan kek gini banyak difilm-film dan dicerita wattpad yang gue baca." "Lo udah kurang ajar, ya...