Part 22 : Nyogok Bu Gentong

37 8 0
                                    

"Hehehe."

Sejak beberapa detik yang lalu, Bara hanya cengengesan tak jelas, membuat siapapun yang sedang bersamanya pasti akan geram dengan tingkahnya.

"Siap banget, ya, mau dihukum," sinis Bu Kinan.

"Bu Kinan hari ini cantik banget, deh ...," celetuk Zia berusaha mengalihkan perhatian guru Gentong itu.

"Tiap hari, Ibu emang cantik, banyak juga kok yang setiap hari muji-muji Ibu karna Ibu cantik, cuma mata orang yang tertutup yang nggak bisa ngeliat kecantikan Ibu," sahut Bu Kinan membuat Bara dan Zia sedikit bergidig.

"Cantik dari mananya, anjim!" batin Bara yang berusaha tetap pada senyum pepsodent-nya.

Zia terkekeh dengan kekehan yang dibuat-buat. "Ya ampuun, Ibu ... mereka mah cuma omong kosong kalo bilang Ibu cantik, soalnya 'kan biar Ibu nggak insecure. Beda lagi kalo Zia yang ngomong, Zia 'kan kalo ngomong selalu dari hati yang paaaaliing dalamm ... dan sekarang, Zia akuin, kalo Bu Kinan itu guru yang paling cans di SMA ini," rayu Zia dengan ekspresi anehnya.

Bu Kinan berdehem kecil. "Kamu muji Ibu, atau ada niat mau ngejatuhin Ibu?" tanya Bu Kinan menyelidik.

"Yaaah ... Bu Kinan kok kayak nggak percaya sama omongan Zia, siiiih ...  coba deh, Ibu hipnotis semua orang yang bilang kalo Bu Kinan cantik, terus tanya ke mereka semua, pasti pada ngejawabnya Bu Kinan itu jelek, kek dugong." jelas Zia mantap membuat Bu Kinan membelalakkan matanya.

"Tapi beda lagi kalo Zia yang bilang ... Zia mah ngomongnya jujur banget, kalo Bu Kinan itu cantik, jadi kalo Bu Kinan mau hipnotis orang, Ibu nggak perlu repot-repot buat hipnotis Zia, soalnya 'kan Zia kalo ngomong selalu berisi dan berbobot, nggak pernah omong kosong," lanjut Zia yang tak sedikitpun memberi Bu Kinan celah untuk memotong ucapannya.

Saat Bu Kinan akan mengucapkan sesuatu, tiba-tiba Bara memotongnya, membuat Bu Kinan sama sekali tak mempunyai celah untuk berucap.

"Bu guru capek banget kayaknya, ya, tiap hari ngajar matematika. Apalagi matematika isinya cuma rumus-rumus kek serawutan ranting kecil, ngruwet banget, tapi kok Bu guru tetep kuat, ya? Wah ... Bu Kinan emang beda!" ucap Bara dengan ekspresi yang dibuat-buat.

"Iya beda, saking bedanya jadi kek dugong gitu," batin Bara sejenak.

"Oiya, Bu ...," lanjut Bara menggantungkan ucapannya.

"Soal hukuman sama belajar privat itu ... dicancel aja, ya, Bu," pinta Bara yang masih pada cengiran tak berdosanya itu.

"Nahh! Bener banget tuh, Bu ... Zia sama Kak Bara itu lagi sibuk banget, sampe rasanya kek mau pingsan aja, apalagi dihukum berat kek gini ... Bu cantik nggak kasian sama kita?" Memelas Zia yang menyambung drama mereka.

"Apakah wajah saya terlihat peduli?!" tanya Bu Kinan acuh.

"Siswa seperti kalian itu nggak mungkin sibuk! Kerjaannya aja ngerusuh dimana-mana," lanjut Bu Kinan.

"Ya maksudnya sibuk ngerusuh, Bu," sahut Zia dengan kekehannya.

"Heh! Dasar kalian." sinis Bu Kinan.

"Bu–"

"Nggak usah banyak cingcong, ya! Waktu Ibu terlalu sia-sia jika sering ngurusin tukang rusuh kayak kalian! Nguntungin enggak, musingin iya!" gertak Bu Kinan memotong ucapan Zia.

Bara mulai merogoh saku celananya, berniat untuk mengambil sesuatu disana.

"Niiiihhh!" seru Bara membuat mata Bu Kinan melotot.

Bagaimana tidak?

Bara mengeluarkan dompet dari saku celananya dengan menunjukkan tiga kartu ATM, satu Blackcard, dan terlihat banyak uang tunai ratusan yang berjejer rapi didompetnya itu.

BEFORE NEMBAK YOU || Selesai✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang