"Gak usah mengasihani. Gue udah terbiasa di keadaan kayak gini."
~~~•~~~
Chenle melepas sepatu basketnya. Menaruh dibalik pot bunga besar disamping sepedanya. Kemudian mencuci kaki di kran luar dan masuk ke dalam rumah.
Malam ini tidak terlalu dingin, tapi Chenle merapatkan jaketnya. Tas ransel hitam yang biasanya dia bawa untuk main juga ditaruh bersama sepatunya.
"Abangggg." Ning memeluk lutut Chenle.
"Eiyoooo."
"Abang habis dari mana?" tanya bundanya.
Chenle menggendong Ning, menghampiri bunda yang duduk sambil menonton acara kesukaannya, "Habis dari rumah Injun. Tadi ada latihan vokal bun."
"Gak biasanya kamu pulang malem loh bang. Latihan vokal apa? Mau ada pensi? Nomor hp kamu juga gak aktif." oceh bunda.
Chenle merogoh saku jaketnya, "Lowbat bun. Maaf ya," ujarnya.
Bunda hanya mengusap kepala Chenle, beberapakali dia memergoki anaknya pulang lumayan malam saat malam sabtu.
"Tadi bunda telfon Renjun juga, tapi cuman berdering. Lain kali izin dulu ya bang."
"Iya bun. Aku mau mandi dulu, keringetan." Chenle beranjak. Mengambil handuk didapur dan menaiki tangga.
Tapi baru satu pijakan suara ayahnya membuat Chenle terpaku sejenak, "Kamu main basket apa kerumah Renjun?!"
Tepat sasaran.
Ayah meletakkan sepatu basket berwarna biru itu dilantai, "Punya siapa?"
Chenle berbalik. Langkahnya datang ke sepatu baru itu sambil menggaruk tengkuknya, "Oiya lupa! Tadi Mark nitip. Kan sepatunya baru, nanti dimarahin bibinya."
"Ayah gak ngajarin kamu bohong. Jawab, ini punya siapa?" ayah bertanya lagi.
"Aku gak bohong yah, tadi Mark mampir ke rumah Injun. Terus suruh bawain sepatu basketnya, yaudah Lele bawa aja daripada kasihan." Chenle mengambil sepatu itu. Membawanya naik ke kamar, "Lele bawa ke kamar aja. Nanti ilang harus ganti."
Ayah hanya menatap punggung Chenle, "Kalaupun itu punya kamu ayah gak setuju ya Le. Gak ada basket-basketan lagi. Denger Le?!"
"Denger yahhhh," sahut Chenle dari atas.
Klek.
Chenle menutup pintunya. Detak jantung Chenle berdetak begitu cepat. Dia memejamkan mata sebentar sebelum akhirnya menghela napas lega.
Sepatu yang ada ditangannya, milik Chenle.
Sepatu baru yang baru saja ia beli kemarin dengan hasil uang kerja part time bersama Mark. Menyukai basket adalah hobi keduanya, tapi sayangnya ayah dan bunda tidak terlalu menyukai basket. Chenle juga tidak tahu mengapa keluarganya begitu sengit.
"Sorry Mark. Nama lo gue jadiin tameng, lagi." Chenle menaruh sepatu diatas lemari. Lalu masuk ke dalam kamar mandi dan memulai membersihkan diri.
~~~•~~~
Jisung meniup kedua tangannya dan mengusap agar hangat. Menempelkan tangan kanannya digelas berisi teh panas.
Melihat Renjun menuruni tangga, Jisung langsung meminum teh itu dengan pelan. Sesekali meniup karena terlalu panas.
"Padahal gue udah nyiapin kamar, kapan lo tidur disini? Gak bosen apa dikos mulu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Past Time
FanfictionTragedi tenggelamnya kapal wisata yang ditumpangi tujuh siswa SMA Marina masih menjadi berita duka dikalangan masyarakat. Tidak hanya meninggalkan kesedihan, namun pihak polisi juga akan memberhentikan sekolah untuk menghormati kepergian korban. "Qu...