6. Pulang dan Malam

1.5K 274 39
                                        


Recomend play lagu diatas. Karena beberapa yang aku cantumkan adalah lagu yang nemenin aku waktu nulis.

"Hanya tersisa kenangannya."

~~~•~~~



"Ombak hari ini lumayan tinggi, jaga diri masing-masing." 

Aku belum turun dari bus begitu Jeffrey mengumumkan bahwa ombak sedang tinggi dan cuaca mendung namun tidak hujan.

Beberapa dari mereka berganti kaos dan sandal jepit. Termasuk ketiga cowok lawak yang sangat bahagia begitu kakinya menginjakkan pasir pantai.

Aku menyiapkan kamera, dibantu Jaemin yang lumayan andal kalau urusan pemotretan. Jisung menaruh tongkatnya didalam bus, dia berjalan sedikit pelan karena mencoba untuk meregangkan otot dan sendinya.

"Lo mau ngelayat?" cibir Haechan begitu melihat Jaemin keluar bus menggunakan pakaian serba hitam.

"Shut! Disini gak boleh bicara sembarangan." Doyoung menutup mulut Haechan, "Apa yang diucapin bisa kejadi."

Haechan berusaha menahan tawanya walau akhirnya dia terbahak, "Gak mungkin lah. Lo pikir tempat kramat? Ada-ada aja."

Bocah tengil itu berlari menjauh. Dia melepas sandalnya dan mendekati tepi pantai, bersama Jeno dan yang lainnya.

Aku ikut menyusuri, memotret kegiatan mereka tanpa ingin ikut karena menurutku ini momen yang sangat berharga.

Terlepas dari pembullyan waktu itu, aku sangat menyayangkan persahabatan mereka sering membuat anak-anak lain merasa iri. Tapi memang ku akui, mereka bukan sekedar teman seperjuangan. Tapi layaknya keluarga yang disatukan karena ketidaksengajaan.

"Lo gak ikut main?" tanyaku pada Jisung yang memilih duduk disampingku.

"Kaki gue belum sepenuhnya sembuh."

"Kalau udah sembuh, lo bakal ngelanjutin kelas audisi?"

"Mungkin, ya atau tidak."

Aku yakin Jisung memberi dua jawaban yang berbeda karena dia sadar kondisinya juga perlu pemulihan waktu yang cukup lama. Andai saja aku waktu itu ada, mungkin Jisung tidak akan memakai perban dikakinya.

"Gimana hasil fotonya?" Jisung mengambil kameraku, dia melihat beberapa jepretan yang kuambil, "Ini semua bakal lo masukin ke proposal?"

"Beberapa doang, sisanya gue ambil dari video. Biar ada kesannya."

Jisung mengembalikan kamera dan menyaut Jaemin yang memanggilnya.

"Sini! Ayo naik speed boat!" ajak Jaemin.

"Gak dulu. Kaki gue masih sakit." balas Jisung.

Jaemin menghampiri kami, dia menarik tangan Jisung dan membawanya kerangkulan cowok itu. Aku ikut beranjak, menyalakan kamera lagi sambil memotret mereka dari belakang.

"Kebahagiaan itu sederhana ya," ucap Doyoung mengeluarkan ponselnya. Ikut memotret mereka bertujuh yang mulai menaiki speed boat.

"JE! FOTOIN KITA YA!!" pinta Chenle.

"IYAAA!" jawabku dengan berteriak. Sesaat aku kagum pada Jaemin, dia bisa mengendalikan setir speed boat sendiri, "Itu Jaemin?"

"Heem. Temen gue keren banget." puji Doyoung melihat Jaemin yang membawa mereka ke tengah pantai.

Aku celingak-celinguk, mencari batang hidung Jeffrey yang tidak terlihat sejak turun dari bus, "Jeffrey keman--"





Duarr!




Past TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang