7. Tidak Disini Lagi

1.5K 266 23
                                    



~~~•~~~




Tatapanku benar-benar kosong. Tanganku kasar dan kakiku dingin. Kejadian siang tadi rasanya masih seperti mimpi. Kehilangan sesosok mereka yang selalu aku ceritakan pada kalian karena membawa pengaruh besar untuk hidupku.

Aku memberontak ketika perawat menahanku untuk masuk ke ruang jenazah. Seluruh sangsi semuanya bungkam, tidak ada satupun yang berani berbicara.

Beberapa anak yang trip kembali ke sekolah dan pulang. Jeffrey serius mengatur semuanya sendiri, Doyoung bersamaku sejak awal.

Maaf Doy, merepotkanmu.

Aku berdiri begitu mendengar suara sirine ambulans datang.

"I'm fine!" ucapku ketika dua perawat memegang lenganku. Kesal rasanya, aku hanya ingin melihat.

Duniaku berasa hampa ketika kudengar salah satu dari tim SAR mengatakan bahwa mereka baru bisa menemukan dua korban, sisanya hanyut dan tenggelam lebih dalam.

Doyoung mengusap bahuku, seolah memberi semangat dan waktu untuk menunggu lagi.

Pintu ruang jenazah terbuka lebar. Aku berdiri tidak jauh dan hanya bisa melihat tubuh yang ditutupi kain putih.



"Kita harus membuktikan bahwa kelas gue bisa membawa pengaruh baik sampe lulus."



Apa aku tidak bisa mengharap lebih baik lagi? Tuhan kumohon, jangan ambil semua. Banyak orang membutuhkannya.

"Atas nama?"


"Jonathan Eligibran."

Aku rasanya ingin menangis sekencang-kencangnya. Kain putih menutupi seluruh tubuhnya, hanya menyisakan kaki dan tanda nama.

"Jen.. ayo bangun! Ayo!" Aku mengguncang tubuhnya. Lemas tak berdaya, dingin, dan kaku. Itu yang kurasakan ketika aku memegang tangannya.


"Abangggg." suara tangisan itu berasal dari seorang ibu yang menggendong anaknya, "Abang mana?! Abang mana?!"

Aku tidak sanggup lagi. Bunda Chenle menangis didalam pelukan suaminya sambil menggendong Ning.

"Anak saya mana?! Tolong selamatin anak saya!" pinta ayah Chenle bertekuk lutut dihadapan tim SAR. Pria itu duduk dilantai, mengusap wajahnya yang tidak berhenti menangis.

Doyoung membawaku menjauh. Dia mungkin sadar bahwa aku akan lebih buruk lagi jika berada disana lebih lama.

"Gue tahu ini sulit buat dipercaya, tapi ikhlasin mereka, lo nangis gak ada yang berubah."

Aku tidak paham mengapa Doyoung mengucap kalimat seperti itu. Tidak ada yang berubah? Maksudnya apa?!

"Gue percaya mereka gak hilang. Mereka bakal pulang. Gue yakin itu." Aku masih kekeh dengan pendirianku.

"Apa yang lo yakinin?! Mereka udah gak ada Je! Please ikhlasin mereka."

Aku nyaris tidak bersuara. Hanya menangis, menangis, dan menangis terus.

"Jangan nangis Je, Mark gak suka." kata Doyoung malah membuatku semakin terpuruk.

Ya Tuhan, aku tidak kuat.



Past TimeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang