~~~•~~~
Hanya tersisa Doyoung diwarung kecil yang dulu sering mereka kunjungi. Tidak lagi ditemani teh hangat karena sudah tutup, melainkan buku catatan dan redupnya lampu.
Pukul 11 malam, Doyoung masih belum ingin beranjak dari tempat itu. Suasana sepi bahkan tidak ada satu kendaraan yang lewat. Pakaiannya masih sama, serba hitam dengan alas kaki milik Renjun. Doyoung mati-matian untuk mengikhlaskan, dipaksa hatinya untuk menerima kenyataan hari ini. Walau dalam pikirannya masih terbayang beberapa memori singkat dari mereka.
Satu penyesalan yang Doyoung belum terima adalah ketika dia dan Mark sama sekali belum saling memaafkan. Hubungan pertemanannya benar-benar menjauh sejak kejadian itu. Doyoung pikir Mark hanya terbawa suasana, tapi hari selanjutnya Mark tidak menyapa bahkan saling bertatapan sewaktu berpapasan saja tidak.
Doyoung hanya melirik ponselnya, dia menertawakan dirinya yang bodoh karena masih mengharap balasan pesan dari Mark yang jelas-jelas centang satu.
Doyoung: Mark lo sengaja ngejauh ya?
Mark gue belum minta maaf soal kemarin
Sorry bro
Lalu Doyoung harus bagaimana? Menyalahkan dirinya? Menunggu balasan yang tidak akan pernah dibalas?Doyoung kehilangan teman-temannya.
Laki-laki itu menghela napas berat. Menatap langit-langit warung dan berdiri sebelum otaknya frustasi memikirkan semua kesalahannya. Buku catatan milik Haechan ia bawa, sengaja agar tidak ada orang lain yang mengambil.
Biasanya saat larut malam akan ada satu teman yang menemani Doyoung pulang karena rumah mereka searah. Tapi sekarang, Doyoung akan membiasakan pulang sendiri karena dia telah pergi.
Rumah berwarna biru tua itu sangat gelap. Doyoung tidak pulang, dia mendekati rumah itu walau hatinya campur aduk. Samar-samar Doyoung mendengar suara telapak kaki dari dalam.
"Pulang malem lagi?"
Mata Doyoung tidak berkedip, tangannya bergetar. Renjun keluar rumah menggunakan kaos putih dan celana pendek selutut.
"Rumah lo gelap."
Renjun tertawa kecil. "Tadi lupa bayar listrik, sekarang udah."
"Masih gelap."
Saat itu juga Renjun menyalakan lampu terasnya. "Sekarang terang."
"Hm."
"Lo kenapa?"
Doyoung menggeleng. Dia duduk diteras rumah Renjun sambil memeluk lutut dan menyembunyikan wajah sendunya.
"Gimana disana? Udah ketemu bunda?" tanyanya.
"Udah, dari kemarin."
"Syukur, jadi lo gak sendirian lagi."
Renjun hanya membalas dengan kekehan kecil. Dia mengusap bahu Doyoung seperti biasanya saat cowok itu terkadang mampir kerumah untuk bercerita tentang masalah yang mungkin tidak bisa Doyoung selesaikan sendiri.
"Lo kenapa pergi secepat ini Jun? Ninggalin semuanya?"
"Gue gak pernah pergi. Gue masih disini."
"Tapi raga lo udah gak ada." Doyoung menoleh, mendapati Renjun yang mengalihkan wajahnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Past Time
FanfictionTragedi tenggelamnya kapal wisata yang ditumpangi tujuh siswa SMA Marina masih menjadi berita duka dikalangan masyarakat. Tidak hanya meninggalkan kesedihan, namun pihak polisi juga akan memberhentikan sekolah untuk menghormati kepergian korban. "Qu...