1

11.3K 871 87
                                    

"Aang! santriwati pada ngumpet tuh, gak mau ngaji kitab!" teriak Hilal— santri bocil yang mulutnya maa syaa allah harus di setrika, ember banget

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Aang! santriwati pada ngumpet tuh, gak mau ngaji kitab!" teriak Hilal— santri bocil yang mulutnya maa syaa allah harus di setrika, ember banget.

Semuanya menepuk jidat, kesal. Sudah sehening mungkin mereka bersembunyi di balik tembok tapi ketahuan juga oleh si Hilal.

Santriwati di sini merupakan murid sekolah juga, karena pondok pesantren di sini tidak menyediakan kobong atau kamar khusus untuk santri putri. Jadi, mereka pulang pergi ke pesantrenan. Tak aneh jika mereka sering terlambat mengaji, karena mereka juga harus bersekolah dengan jam pulang yang tak beraturan.

"Wei Hilal!" teriak Ayu— santriwati teman Khadijah usianya masih di bawah Khadijah, tapi julidnya tak usah di ragukan lagi. Hilal menoleh. "Wtf!" Ayu memperlihatkan jari tengahnya kepada Hilal.

"Ahahaha. Mampus di marahin Aang." Hilal pergi untuk mengambil kitab sambil tertawa puas.

Teriakan Hilal terdengar oleh Ustadz Hasan termasuk santri putra lainnya yang sedang mengaji, Ustadz Hasan keluar dan memeriksa para santri putri.

"Ayo sini, cepet. Ambil kitab kalian!" titah Ustadz Hasan— guru Khadijah di pesantrenan, beliau termasuk guru yang di muliakan di kampung ini karena ilmunya. Lalu ia kembali masuk ke dalam majlis.

Semua santriwati mengambil kitab mereka di Rumah Ustadz Hasan, karena kitab dan segala peralatan mengaji mereka di simpan di satu ruangan di Rumah Ustadz Hasan.

"Sekarang kita ngaji kitab uqudullujain," jelas Ustadz Hasan yang membuat seluruh santri bahagia. Ya iyalah, kitab tentang suami istri auto melotot semuanya. Kitab ini mengajarkan kita tentang adab dan tata krama pasangan suami istri, bukan yang ehem ya, itu beda kitab.

"Asik, gak bakal bosen kalo ngaji kitab ini," gumam Khadijah dalam hati.

Khadijah belum kenalan woi! oke, kita mulai perkenalannya. Khadijah Qubilah Rumi— adalah seorang gadis remaja yang baru saja menginjak usia 17 tahun, tepatnya baru kelas 12 MA. Dia merupakan seorang santriwati, penampilannya biasa saja tapi menutup aurat, warna kesukaannya hitam semenjak mengenal cara berpakaian Sayyidah Fatimah Az-Zahra. Tidak tinggi dan tidak juga pendek tapi di zaman sekarang tinggi 155 cm udah termasuk pendek, cewek-cewek jaman sekarang tinggi semua kaya tiang listrik.

Muka si pas-pasan, tapi multifungsi wkwk. Dia pintar di sekolah maupun di pesantrenan, walaupun pinter sedikit si di pesantrenan. Dia juga aktif di organisasi sekolahnya. Setidaknya memiliki sedikit kelebihan, muka emang buriq tapi otak gak boleh buriq.

Hidupnya begitu berwarna saat pertama kali masuk MA, dia terpesona oleh kakak kelasnya yang tampan dan juga sholeh. Memang resiko mencintai orang yang sholeh itu harus di pendem, ungkapinnya ke Allah aja. Dia berhasil memendam perasaannya itu selama bertahun-tahun dan masih bertahan hingga saat ini.

Saat kakak kelasnya lulus, hidupnya terasa hampa. Semua pria yang ia temui nampak biasa saja, bahkan di pesantrenannya saja tidak ada santri putra yang mampu membuat dirinya tertarik. Padahal ada santri putra yang lumayan ganteng juga si.

Kenapa Harus Aku? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang