4

6.6K 652 19
                                    

"Bapak setuju!" persetujuan sebelah pihak ini, bahkan Ayahnya belum sama sekali melihat Ustadz Aufar, udah main setuju aja

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Bapak setuju!" persetujuan sebelah pihak ini, bahkan Ayahnya belum sama sekali melihat Ustadz Aufar, udah main setuju aja.

Khadijah tercengang dan melototkan matanya, "Bapak! ko setuju? kan belom pernah liat dia." Khadijah berusaha meyakinkan kembali Ayahnya.

"Nih, Neng. Bapak gak punya banyak tipe buat calon menantu Bapak. Yang penting dia bisa bimbing kamu dunia dan akhirat, itu udah lebih dari cukup. Apalagi yang ngelamar kamu itu Ustadz, yang pasti Bapak udah percaya sama dia." Dani memang orang tua yang tidak harus menuntut anaknya untuk menjadi sempurna dan mendapatkan yang sempurna, ia tak mau menjadi orang tua yang mengekang anaknya.

(Neng atau Eneng. Merupakan panggilan sayang seseorang, contohnya dari Ayah kepada Anaknya)

Khadijah harus mencari alasan lagi, dia tetap masih ragu-ragu. Cinta yang tersimpan di hatinya untuk kakak kelasnya yang tak pasti itu masih tersirat jelas di hatinya.

"Tapi Khadijah masih sekolah, Pak." Akhirnya ada alasan yang sangat kuat untuk menolak.

"Kamu bentar lagi lulus, langsung nikah aja. Sekarang kan masih bisa di khitbah, kalo gak sabaran bisa sekarang juga nikahnya, jadi sekolah sambil nikah." Bapak Dani ini sangat enteng sekali berbicara seperti itu, nanti Khadijah bingung bagaimana menjelaskannya kepada para warga net.

"Hah?!" Khadijah terpingkal, tak menyangka Ayahnya akan berbicara seperti itu.

"Ya udah, kalo gak mau. Bapak gak bakal biaya in kamu lagi, cari aja uang sendiri sana!" ancamnya begitu serius.

Duh ancaman yang sangat mematikan. "Hm, iya Pak. Khadijah mau nerima lamaran dia, karena ini udah jadi rekomendasi Aang sama Bapak jadi Khadijah bersedia."

Khadijah balik lagi ke kamarnya dengan ekspresi wajah yang begitu kecewa, ia merasa do'anya selama ini hanya sia-sia saja. Padahal Allah tau apa yang terbaik untuknya.

Ia menjatuhkan tubuhnya di lautan kapuk empuk miliknya, rasanya kepalanya mau hancur memikirkan masalah ini semua. Ia baru ingat sudah lama tak memegang ponselnya, ia mencoba mengambilnya di nakas.

Khadijah menghela nafas, "hm, dia bikin status gak ya?" tanyanya pada dirinya sendiri.

Biasanya jika membuka ponsel ia hanya mengamati setiap story yang di buat oleh kakak kelasnya yang ia cintai. Berharap tiba-tiba ia akan menghubungi Khadijah dan mengajak nya menikah. Sudahlah Khadijah, bangun! ini dunia nyata.

Benar saja, saat melihat story kakak kelasnya muncul. Ia langsung sigap membuka story itu, tapi yang ia dapat hanya sebuah foto wanita yang ber caption "bee." Ini pasti mimpi kan? ini pasti bukan status dia.

"Haha," Khadijah tertawa miris dan mematikan ponselnya. Ia langsung merebahkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan bantal, kini yang terdengar hanya isakan tangis yang semakin mengencang.

Kenapa Harus Aku? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang