5

6.7K 687 4
                                    

Satu minggu kemudian

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Satu minggu kemudian...

Rumah Khadijah terlihat tidak ramai, karena ini hanya acara lamaran sekaligus khitbah saja jadi ia tak mengundang banyak orang kecuali saudara terdekatnya saja.

Rombongan Aufar datang hanya dengan satu mobil, di susul Ustadz Hasan di belakangnya. Setelah semuanya sampai di depan Rumah Khadijah, Dani langsung menyambutnya dengan bahagia lalu mempersilahkan semuanya masuk.

"Panggil Khadijah, Mah," titah Dani kepada Sinta— istrinya, ibu tiri Khadijah. Ibu kandung Khadijah telah meninggal 10 tahun lalu, kini Ayahnya telah menikah lagi.

Sinta langsung pergi menjemput Khadijah ke kamarnya, "Khadijah, ayok, Nak!" Khadijah yang tengah duduk di atas kasur langsung beranjak keluar.

Khadijah langsung duduk di samping Ibunya, sekarang kedua keluarga saling berhadapan untuk mengikat satu hubungan.

"Aufar, apa anda serius ingin melamar anak saya?" tanya Dani memulai pembicaraan.

Aufar mengangguk mantap, "iya, pak."

"Siap menerima kekurangan anak saya? siap menjaganya seperti saya menjaganya?"

Aufar kembali mengangguk, "in syaa allah saya siap, saya berjanji akan menjadi suami yang baik untuk Khadijah." Jika Aufar tidak siap untuk apa ia melamar Khadijah.

"Baik, saya terima lamaran anda untuk anak saya." Dani memang sudah menyetujui lamaran ini dari semenjak Khadijah mengatakannya, tapi tadi ia hanya ingin menguji kesanggupan Aufar untuk menjadi suami Khadijah.

Setelah itu semuanya memulai acara Khitbah, Khadijah telah di ikat dengan Aufar. Jadi keduanya tidak bisa berpaling kepada orang lain.

Setelah berbincang-bincang keluarga Aufar atas saran Ustadz Hasan menyarankan lebih baik pernikahan di lakukan secepatnya yaitu dua bulan lagi,
Khadijah tercengang ko makin cepet aja? rasa cinta di hatinya kepada Aufar pun belum muncul sama sekali.

"Nggak, kecepetan?" tanya Khadijah.

"Itu bulan yang baik untuk melakukan pernikahan," jelas Ustadz Hasan. Khadijah terdiam.

Lanjut Ustadz Hasan, "kamu mau mahar apa Khadijah? agar Aufar bisa menyiapkannya."

"Khadijah gak mau yang memberatkan Aufar, Aang. Bacakan saja surat Ar-Rahman, Al-Waqi'ah dan Al-Mulk." Khadijah memang wanita sederhana yang tak mau menuntut banyak hal.

"Itu saja?" tanya kembali Ustadz Hasan untuk meyakinkan, Khadijah mengangguk.

"Saya akan memberikan emas seberat 45 gram dan akan membacakan semua surat itu," sambung Aufar cukup mengejutkan, emas 1 gram nya aja udah mahal apalagi dengan jumlah segitu pasti harganya berjeti-jeti.

"Apa tidak berlebihan dan memberatkan mu, Aufar?" tanya Khadijah masih ragu-ragu.

Aufar menggelengkan kepalanya yakin, "tidak sama sekali, saya tidak ingin merendahkan maharmu."

Kenapa Harus Aku? [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang