06. Useless

5.5K 766 224
                                    

Malam ini Lisa terjaga lagi karena mimpi buruk. Dia tidak bisa tenang sampai untuk menutup mata pun tak kuasa.

Karena terlalu gelisah, Lisa jadi merasa haus. Tapi sayang air yang ada di dalam teko kaca itu sudah habis. Mau tak mau ia pun memilih untuk mengambil air langsung ke dapur.

Kini jam sudah menunjukkan pukul 1 dini hari. Waktu yang sangat larut bagi anak sekecil Lisa berkeliaran di sekitar mansion hanya untuk minum melepas dahaga.

Dan setelah melaksanakan niat nya, Lisa ingin kembali ke kamar. Tapi langkah mungilnya terhenti saat samar-samar mendengar suara tangis di ruang makan. Tentu ia jadi takut, bahkan bulu kuduk nya sampai berdiri sekarang.

Tapi bukan Lisa namanya kalau tidak penasaran. Perlahan ia pun melangkah menuju ruang makan sambil mengendap-endap seperti tokoh kartun yang sering ia tonton bersama Hanbin.

"... Appa?"

Lisa terdiam di sana, tidak menyangka kalau suara tangis tadi berasal dari sang ayah.

Seojoon tampak menangis dengan keadaan yang berantakan. Sejak kembali dari kantor, ia sudah menghabiskan dua botol minuman. Kini pun kesadaran nya juga hilang-hilang timbul. Tapi Lisa justru nekat mendekatinya.

"Appa... Appa kenapa menangis? Appa sakit? Appa telluka?" tanya gadis berponi itu dengan wajah cemas.

Merasa berisik akibat panggilan Lisa, Seojoon pun menoleh. Kening nya mengerut saat melihat gadis kecil itu, ia juga tampak meremas gelas minum nya sambil berdecak kesal.

"Kenapa kau disini?"

"Tadi Lisa mendengal suala tangis. Telnyata itu appa," Seojoon kembali diam.

Tanpa menghiraukan Lisa, dia menuangkan minuman itu lagi ke dalam gelas dan meneguknya tanpa sisa. Sesekali ia juga cegukan dan bergumam tak jelas karena kebanyakan minum.

"Hanya.., hanya karena anak ini kau memilih pergi..."

"Appa? Sebenalnya appa kenapa? Katakan sesua---"

"Jangan sebut aku seperti itu!" Seojoon berteriak, membuat Lisa terkejut saat ayahnya tiba-tiba melempar gelas yang ia pegang. Syukur saja serpihan kaca itu tidak mengenai Lisa yang berdiri di sana.

"A-appa..."

"Pergilah, jangan buat kepalaku bertambah sakit."

"Aniyo. Appa halus diobati agal tidak sakit lagi. Lisa---"

"Aku bilang pergi!"

Prang!

Seojoon kembali melempar gelas lain yang ada di depannya ke sembarang arah. Mungkin karena yang kedua kalinya, Lisa menjadi semakin takut. Apalagi saat melihat wajah ayahnya yang memerah membuat tubuh kecil Lisa jadi gemetar.

"Miane, appa. Miane..." Setelah mengatakan kalimat itu sambil menangis, Lisa pun berlari pergi.

Rasanya teriakan sang ayah tadi masih bergema di telinga Lisa. Bahkan setelah ia sampai di kamar, gadis itu tak henti-hentinya menangis.

Apa dia salah karena bertanya tentang keadaan ayahnya?

Kalau tidak kenapa dia tetap di marahi? Lisa tak mengerti, kenapa semua orang di mansion ini selalu marah saat ia bertanya 'ada apa'. Gadis kecil ini juga bisa merasa khawatir, jadi salahkah dia jika ingin keluarga nya baik-baik saja?

Miaw~

Lisa tersentak, segera menoleh kearah kucing bernama Lily yang ia bawa siang tadi. Walau langkahnya masih tertatih, sebisa mungkin kucing itu menghampiri Lisa dan mengelus kan tubuh berbulu nya.

360 Days•||With You||•[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang