Di dalam bus menuju sekolah. Lisa tampak menatap ponselnya lekat, yang sejak tadi sibuk bergetar pertanda adanya panggilan masuk. Jika di hitung, mungkin sudah lebih dari tujuh kali.
Lisa ingin mengabaikannya saja. Tapi orang yang menelpon nya ini benar-benar gigih. Bahkan hati Lisa pun sampai terketuk, hingga ia memilih untuk mengangkat telepon itu walau ragu. Namun,
"Lisa?"
Mendengar namanya disebut, buru-buru Lisa memutuskan panggilan dengan tangan yang gemetar. Mendadak jantung nya pun berdegup kencang karena terkejut.
"Siapa...? Sebenarnya siapa?"
Gadis itu menjadi takut sekarang. Bagaimana bisa orang yang menelpon nya itu tahu namanya?
Apalagi nomor yang dia gunakan adalah nomor Korea. Dari mana orang itu bisa mendapatkan nomor Lisa?Pertanyaan aneh tanpa jawaban itu terus mengganggu pikiran sampai membuat dadanya sesak. Bahkan sangking tertekan nya Lisa, dia sampai lupa untuk bernapas.
"Hei, Nak. Kau baik-baik saja? Apa kau sakit?"
Lisa menegak. Ia pun menoleh kearah wanita paruh baya yang duduk di samping nya dan tersenyum.
"I'm fine."
.....
Bel masuk sudah berbunyi.
Di kelas, Lisa tampak melamun dengan pandangan kosong. Memang biasanya gadis berponi itu tidak banyak bicara. Tapi hari ini berbeda. Jane pun sampai dibuat bingung karenanya."Lisa, kau kenapa?"
Sang empunya nama tak menjawab.
Dia masih setia dalam diam, yang membuat Jane memanyunkan bibirnya kesal.Tak lama setelah itu, Jane melihat ponsel yang Lisa letakkan di atas meja kembali bergetar. Ia pun menepuk pelan bahu Lisa karena seperti nya gadis berponi itu tak sadar kalau ada yang menelpon.
"Kenapa tidak di angkat?"
"... Bukan orang penting."
Jane mengernyit. Ia menatap ponsel Lisa untuk memastikan siapa yang menelpon temannya di jam sekolah seperti sekarang. Namun sayang tidak ada nama nya.
"Tapi ini nomor Korea, 'kan? Bisa jadi salah satu keluarga mu di sana yang menelpon."
Lisa tercekat. Tubuh kurusnya pun tiba-tiba gemetar dengan mata yang mulai memerah.
"Apa kau pernah pulang ke Korea sejak pindah kemari, Lisa?"
"Tidak."
"Kenapa? Aku dengar Lisa punya tiga orang kakak. Apa kau tidak rindu mereka?"
Pertanyaan beruntun Jane tak ada satupun yang Lisa jawab. Entah gadis itu sadar atau tidak, kalau teman nya kini sedang berusaha keras menahan sesak di dada yang kian menjadi.
"Aku---"
Lebih baik kau mati saja, Lisa!
Deg
Tangan kurus Lisa tampak meremas seragam bagian dada kirinya kuat. Napasnya pun mulai tersengal saat degup jantung nya berdetak hebat tidak karuan.
"Jane, tolong bilang pada guru yang masuk kalau aku sakit." Pinta Lisa.
Buru-buru gadis berponi itu bangkit dari tempat duduk sambil meraih tas juga ponselnya. Lalu pergi meninggalkan kelas tanpa menghiraukan pandangan heran mereka padanya.
Dengan langkah tertatih, Lisa menyusuri koridor yang sepi hingga akhirnya melemas sendirian di sana. Ia pun langsung meminum obat karena tak tahan dengan rasa sesak itu lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Days•||With You||•[End]✔
Fanfiction❝Bahkan waktu yang kita habiskan bersama, tidak cukup untuk menutupi luka ini.❞ Lalisa Park - Park Jennie - Park Jisoo - Roseanne Park