11. Fault

6.4K 777 106
                                    

Seperti biasa, keempat manusia park itu tampak menyantap sarapan pagi di ruang makan dalam hening. Tak satupun dari mereka yang ingin berbicara sekedar untuk basa-basi, hingga membuat suasana di sana menjadi begitu sesak.

"Kenapa kalian pulang lebih awal semalam?" tanya Seojoon tiba-tiba yang membuat atensi ketiga yeoja itu beralih padanya.

"Jisoo unnie mendadak tidak enak badan, appa. Jadi kami memilih pulang."

Seojoon sontak menoleh kearah putri sulung nya saat mendengar jawaban Rose, "Jinjja? Apa sekarang masih sakit, Nak?"

"Aniya, sekarang aku sudah baik-baik saja."

Helaan napas lega pun terdengar dari lelaki paruh baya itu. Dia benar-benar khawatir tadi. Kalaupun memang masih sakit, ia berniat untuk memanggil dokter langsung ke mansion. Tapi syukurlah putrinya baik-baik saja.

"Harusnya kau tidak perlu memaksakan diri untuk datang kalau sedang sakit, Jisoo-ya." Ucap Seojoon lagi dengan wajah sendu.

Walau ia senang mereka datang ke pestanya malam tadi, tetap saja Seojoon tidak mau jika terjadi sesuatu yang buruk pada putri-putri nya. Ia sama sekali tak menginginkan hal itu.

"Appa jangan khawatir begitu. Sekarang aku benar-benar sehat."

"Tentu saja. Unnie kan memang tidak sakit," sahut Jennie cepat tanpa menoleh. Ia masih fokus pada sarapannya meski kini Jisoo tengah mendelik kesal padanya.

"Apa maksud ucapan mu itu?"

"Aku benar, kan? Unnie ingin pulang karena tidak tahan mendengar para tamu yang sibuk membahas Li---"

"Apa membuat keributan tiap hari adalah hobi baru mu, Jennie?" sela Jisoo tak membiarkan gadis mandu itu menyelesaikan ucapannya.

Bukan kali ini saja. Mungkin hampir setiap hari adiknya itu selalu menguji kesabaran Jisoo dengan sengaja menyindir nya secara terang-terangan. Ia tidak suka itu, entah sejak kapan Jennie berubah menjadi mengesalkan seperti ini.

Melihat kedua putrinya yang lagi-lagi bertengkar Seojoon tersenyum kecut. Niatnya tadi ingin mencairkan suasana diantara mereka, tapi akhirnya malah seperti ini.

"Yang dikatakan Jennie memang benar. Bahkan appa sampai bingung harus menjawab nya," ucap Seojoon terus terang. Ia tidak bisa tutup mata akan hal yang terjadi di pesta malam tadi.

Walau Seojoon sudah mempersiapkan diri atas pertanyaan para tamu, tetap saja ia kalang kabut. Karena seperti nya, orang-orang sudah tahu kalau jawaban yang ia berikan selama ini hanyalah alasan saja.

"Padahal dia sendiri yang memilih untuk pergi. Tapi sekarang kenapa kita yang kerepotan?"

"Memang nya karena siapa juga dia jadi memilih pilihan terburuk itu?" Jennie menjawab cepat. Gadis mandu itu juga menghempaskan sendok yang ia pegang sembari menatap sinis Jisoo didepannya.

"Sepertinya unnie sudah lupa alasan kenapa dia memilih pergi bersama nenek?" Jennie sudah geram sekarang.

Kalau tidak mengingat bahwa Jisoo adalah kakaknya, mungkin ia sudah memberi yeoja itu pelajaran agar tidak sembarangan berucap.

"Jennie unnie, tenanglah. Lihat appa," bisik Rose sembari menarik lengan baju sang kakak.

Jennie pun melirik kearah Seojoon yang menunduk. Tubuh tegap nya tampak gemetar, namun bukan karena marah. Melainkan karena ia tengah sekuat tenaga menahan tangis. Luarnya saja pria itu tampak tegas, tapi hatinya sudah jauh melemah sejak dulu.

360 Days•||With You||•[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang