Hari-hari terus berlalu seperti biasa. Hingga tak terasa, liburan musim panas yang ditunggu-tunggu oleh semua orang pun akhirnya tiba.
Tapi berbeda dari mereka yang mengisi waktu liburan dengan bersantai, gadis berponi itu justru hampir menghabiskan masa liburnya untuk belajar dan menyelesaikan lukisan saja. Namun Lisa tak mengeluh karena memang ini adalah kewajibannya untuk mengikuti kelas tambahan sesuai perjanjian.
Bangun pagi dari pada anak yang lain, mengerjakan tugas bukannya bermain, lalu melukis sampai tak sadar kalau hari sudah senja. Lisa terus melakukan rutinitas yang sama tanpa bosan hingga tak menyadari kalau waktu liburan yang tersisa untuk nya hanyalah enam hari.
Bahkan sekarang pun, meski jam sudah menunjukkan pukul 7 malam, Lisa masih tak berniat untuk beranjak dari ruang klub walau sekedar mencari angin. Padahal ia sudah berada di sana sejak empat jam yang lalu. Namun perhatiannya sama sekali tak beralih dari lukisan yang sedang dikerjainya saat ini.
"Mau sampai kapan kau ingin melukis, Lisa-ya? Kau tidak lapar?" Tanya Eunha yang sengaja datang untuk menemani Lisa melukis di ruang klub. Ia khawatir karena Lisa belum memakan apapun sejak siang tadi.
"Aku akan makan setelah menyelesaikan yang satu ini. Kau boleh pergi duluan." Lisa menjawab tanpa menoleh, membuat Eunha yang mendengarnya menghela napas.
Selain menemani, sebenarnya Eunha juga ingin melihat hasil lukisan Lisa. Tapi sayang sekali dia melarangnya untuk mendekat tadi, mungkin karena alasan itulah Lisa terus menolak ajakan Eunha untuk makan diluar karena tak mau meninggalkan lukisannya disini.
"Apa aku belikan saja makanan untukmu?"
"Tidak perlu, aku hampir menyelesaikan nya."
Eunha merengut sambil menatap gadis dihadapannya dengan lekat. Apa dia harus pulang tanpa melihat lukisan Lisa? Tapi jika bukan sekarang, Eunha tak yakin apa ada kesempatan lain untuk melihat lukisan itu. Mungkin saja setelah ini Lisa membawa pulang lukisannya karena merasa terusik dengan kedatangannya, kan?
"... Lisa-ya."
"Hm?"
"Apa aku benar-benar tidak boleh melihat lukisan mu?"
"Hm."
"Wae? Bukannya nanti lukisan mu juga akan dilihat orang lain? Apa salahnya kalau aku melihatnya juga?" Lisa tak menjawab.
Ia hanya tak mau jika Eunha sampai tahu tentang dirinya mengingat gadis ini adalah seorang pengamat lukisan. Dalam sekali lihat, Eunha pasti akan tahu tentang 'Lili' yang selama ini Lisa coba sembunyikan.
"Ayolah, Lisa. Sebentar saja. Aku hanya akan melihatnya sebentar. Boleh, ya?"
"Aku bilang tidak."
"Apa mungkin kau malu? Aku yakin lukisan mu pasti bagus karena Hyesun Sonsengnim sendiri yang merekomendasikan mu. Jadi jangan malu dan biarkan aku melihatnya." Eunha bangkit dari tempat duduk lalu melangkah menghampiri Lisa yang sedang sibuk menutupi lukisannya dengan tangan.
Eunha berusaha keras membuat Lisa terpojok. Ia juga mendesak gadis berponi itu sampai membuatnya kesal. Kalau saja lukisannya tidak basah karena cat, mungkin sudah Lisa bawa kabur sekarang.
"Oke! Oke! Sudah cukup, jangan mendekat lagi! Aku akan memperlihatkan lukisan ini padamu, jadi menyingkir lah." Lisa mencebik, tidak dengan Eunha yang tampak sumringah. Jika sudah begini memang sulit untuk Lisa menghindar. Karena itu, dengan setengah hati Lisa pun membiarkan Eunha melihat lukisannya yang hampir selesai.
"Ini..."
"Ini luar biasa!"
"Woah! Daebak! Bagaimana kau bisa melukisnya sampai sedetail ini?! Pantas saja Hyesun Sonsengnim menawarkan mu beasiswa!"
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Days•||With You||•[End]✔
Hayran Kurgu❝Bahkan waktu yang kita habiskan bersama, tidak cukup untuk menutupi luka ini.❞ Lalisa Park - Park Jennie - Park Jisoo - Roseanne Park