Kaki jenjang gadis blonde itu melangkah masuk ke dalam mansion yang dimana kepulangan nya langsung disambut oleh sang kakak kedua.
Namun hari ini dia kembali sendiri tanpa Lisa bersamanya. Dan tentu saja hal itu meninggalkan tanda tanya bagi Jennie yang sejak tadi menunggu kedatangan mereka.
"Unnie, Lisa belum pulang karena masih ada kelas yang harus dia ikuti. Aku sudah bilang akan menunggunya sampai selesai. Tapi Lisa menolak dan menyuruh ku untuk pulang duluan." Jelas Rose, yang tahu kalau kakak mandu nya itu sedang sibuk mencari keberadaan sang bungsu.
Jennie yang mendengar penjelasan dari Rose pun menghela napas lega. Tadinya ia khawatir, kalau-kalau terjadi sesuatu yang buruk pada Lisa.
"Kau sudah bilang padanya untuk tidak pulang terlalu larut, kan?"
"Sudah. Aku juga menyuruhnya untuk menelpon Hanbin atau Paman Donghae jika kelasnya selesai nanti. Jadi jangan khawatir, hm?"
"Geurae. Kalau begitu gantilah pakaian mu dulu, aku akan menunggu mu di ruang keluarga bersama appa." Rose mengangguk, kemudian berlenggang pergi meninggalkan ruang tamu.
Walau sebenarnya, tak banyak yang bisa Jennie, Rose, dan ayahnya lakukan di ruang keluarga hingga suasana di sana jadi jauh lebih sepi malam ini.
Apalagi mengingat si sulung yang masih mengurung diri di kamar, rasanya mereka jadi tidak bersemangat melakukan apapun meski hanya untuk bercanda biasa.
"Appa, keadaan Lisa bagaimana sekarang?" Tanya Rose, mulai sesak dengan keheningan yang tercipta sejak sepuluh menit lalu.
Jika tetap diam, rasanya percuma saja mereka berkumpul. Lagi pun ini adalah kesempatan yang bagus untuk bertanya, karena Lisa sedang tidak ada bersama mereka sekarang.
"Waktu itu appa bilang ingin menemani Lisa check-up, kan? Jadi bagaimana hasilnya?" Lanjutnya, yang diikuti tatapan penasaran dari Jennie. Dia hampir tak terpikir kan tentang masalah itu kalau bukan karena Rose yang menyinggung nya pertama kali.
"Appa sudah menerima hasil check-up nya kemarin. Dokter Yunjoo bilang, keadaan Lisa sudah jauh lebih stabil."
"Jeongmal?!"
"Hm. Bertemu dengan Jisoo pun sudah tidak apa sekarang. Asalkan Lisa tidak mengalami kejadian yang membuat ingatan buruk lainnya datang lagi." Ujar Seojoon menjelaskan.
Sebenarnya, dia juga baru tahu bahwa ada faktor lain yang bisa membuat trauma Lisa kembali lebih parah. Seojoon kira hanya ia dan Jisoo saja penyebab nya.
Seojoon tahu pun karena dokter Yunjoo memberinya peringatan secara terpisah hari itu, agar selalu bertindak hati-hati di depan Lisa yang kondisinya masih belum pulih total. Seperti, tidak berteriak atau meninggikan suara, juga menjauhkan Lisa dari benda yang mudah pecah.
Dokter Yunjoo tidak memberitahukannya lebih detail lagi setelah itu, karena ia pun baru menduga saja dan ada baiknya untuk selalu berjaga-jaga dengan segala kemungkinan yang akan terjadi.
"Syukurlah, aku sempat khawatir karena tidak sengaja melihat Lisa buru-buru menyimpan obatnya ketika aku datang ke kamarnya pagi tadi." Ujar Rose, menghela napas lega.
Saat itu ia tidak bisa bertanya langsung kepada Lisa, jadi seharian penuh Rose terus merasa cemas. Namun setelah mengetahui keadaan adiknya yang membaik, kecemasan Rose pun jadi berkurang sekarang.
"Lisa pasti panik karena kau tiba-tiba datang, Rose-ya. Dia kan tidak tahu kalau kita mengetahui tentang trauma nya."
"Hm, unnie benar. Hanya saja aku takut. Unnie sendiri tahu bagaimana Lisa, kan? Anak itu sama sekali tidak mau mengeluh saat sakit. Dia selalu berkata baik-baik saja, tapi yang terjadi malah sebaliknya." Jennie memilih diam. Tak menjawab, karena perkataan Rose memang benar.
KAMU SEDANG MEMBACA
360 Days•||With You||•[End]✔
Fiksi Penggemar❝Bahkan waktu yang kita habiskan bersama, tidak cukup untuk menutupi luka ini.❞ Lalisa Park - Park Jennie - Park Jisoo - Roseanne Park