37. Repair

4.8K 699 89
                                    

Rose yang sudah rapi dengan seragam sekolah nya, tampak berdiri di depan pintu kamar Lisa yang masih tertutup. Dia berencana untuk mengajak adiknya turun bersama ke ruang makan, mengingat Lisa selalu saja datang terlambat saat sarapan.

Tapi, sayangnya. Rose masih belum mendapat jawaban apapun dari Lisa di dalam sana. Sudah lebih dari 10 menit dia berdiri di luar. Berkali-kali Rose ketuk pintu kamar itu pun, tetap saja tak ada sahutan. Padahal, dia yakin sekali kalau adiknya tidak mungkin masih tertidur di jam segini.

"Lisa-ya, kau dengar aku? Kau sudah bangun, kan?"

"Lisa~"

"... A-aku sudah bangun."

Senyum sumringah Rose terukir saat si bungsu menyahut panggilan nya. Tetap menunggu, berharap Lisa akan membukakan pintu. Namun lagi-lagi, Rose hanya bisa menghela napas pasrah karena Lisa tak juga kunjung menampakkan diri.

"Wae geurae, Lisa? Kenapa kau masih belum keluar?" tanya Rose, terlihat gusar karena keheningan lagi yang ia dapat.

"Aku masuk, ya?"

"Aniyo!" Rose tersentak.

Mau tak mau dia mengurungkan niatnya yang hendak meraih kenop pintu setelah mendengar suara Lisa yang meninggi. Sedikit terkejut, karena ini pertama kalinya sang adik melarangnya masuk ke kamar sejak dia kembali.

"Miane, unnie. Aku tidak bermaksud membuat unnie terkejut."

"Hm, tidak apa. Tapi, kau baik-baik saja, kan?"

"Eoh, gwenchana. Aku akan bersiap-siap. Jadi, unnie duluan saja."

"... Geurae. Aku akan menunggumu dibawah."

Lisa dapat mendengar suara parau kakak ketiganya dari balik pintu. Merasa bersalah, karena sudah meninggikan suara pada Rose yang hanya ingin mengajaknya sarapan bersama.

"Huh. Ini salahmu yang sangat lemah, Lisa." Gadis berponi itu terduduk, ketika rasa sakit kepalanya makin menjadi.

Inilah kenapa Lisa melarang keras kakaknya itu untuk masuk. Dia hanya tidak mau Rose melihat keadaan nya yang begitu menyedihkan sekarang.

Wajah pucat, mata memerah, tubuh gemetar karena kedinginan, hingga kaki yang melemas sampai tak sanggup menopang tubuh sendiri. Lisa merutuki dirinya yang lemah, bahkan terhadap musim dingin.

Namun, sesakit apapun itu. Lisa berniat untuk menyembunyikannya saja. Sungguh, dia tidak mau membuat orang lain kerepotan lagi.

"Kau harus turun sekarang. Mereka pasti sudah menunggu mu." Lisa bergumam, memaksakan diri untuk bangun walaupun sulit.

Kakinya yang gemetar melangkah tertatih menuju kamar mandi. Lisa tak menyangka kalau tubuhnya akan terasa seberat ini. Bahkan, sakit kepalanya kian menjadi. Membuat pandangan Lisa perlahan menggelap, hingga tubuh kurusnya pun berakhir menghempas marmer yang dingin.

....................

"Bukannya ini sudah terlalu lama? Kenapa Lisa belum turun juga?" Tanya Jennie, terlihat gusar karena Lisa tak kunjung datang.

"Tadi aku sudah mengajaknya, unnie. Tapi, Lisa meminta ku pergi duluan." Rose menjawab, tanpa mengalihkan pandangan dari makanan didepannya.

Berbeda dengan keluarga nya yang sudah menghabiskan setengah dari sarapan, gadis blonde itu justru belum menyentuh makanannya sama sekali. Dia ingin menunggu sang adik meskipun kini perutnya terasa sangat lapar.

360 Days•||With You||•[End]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang