05 . Sepeda Bareng Haechan.

90 30 1
                                    

Eyyow kuy gaesku!

Plissseu ya, jangan jadi pembaca hantu yang tidak nampak jejaknya. Aku berharap ada yang kalian tinggalin habis baca, berupa vote dan komen. Hehew. Aku merasa dihargai banget kalo kalian ninggalin jejak🙂 aku ngga maksa sih kuy, hanya meminta keikhlasan kalian aja buat vote+komen, ehe🙂

Happy reading yok!

❄️🌞❄️🌞

Winter yang semalaman pingsan, hari ini tetap memutuskan untuk pergi sekolah, walaupun kepalanya masih sedikit pusing.

Winter tidak lupa kemarin malam,  dengan bagaimana Wendy yang terlihat cukup khawatir terhadap dirinya. Wanita itu juga yang menyiapkan keperluan Winter, bahkan dia juga yang menyiapkan makanan sambil menyuapinya.

Sebenarnya Winter hendak menolak setiap gerakan Wendy yang ingin membantunya, tapi lagi-lagi gadis itu meruntuki dirinya karena badannya tak sanggup melakukan apa-apa malam itu. Jadi, dengan terpaksa dia menerima perlakuan manis Wendy yang membuatnya muak.

Winter menuruni tangga dengan hati-hati. Langkahnya hendak menuju meja makan, tapi terhenti melihat Wendy yang menyiapkan makanan yang baru dia masak di atas meja.

"Huh." Hela nafas Winter saking kerasnya sampai terdengar di telinga Wendy.

Wendy tersenyum ramah. Dia menghampiri Winter yang berdiri tak jauh dari meja makan dengan membawa segelas susu di tangannya. Ya, Winter tidak mungkin menatap muka Wendy. Dia menatap sembarang arah sekarang.

"Tante kira, kamu ngga pergi sekolah setelah pingsan kemarin. Ternyata, kamu masih mau berangkat. Ini susu buat kamu. Di minum dulu," ucapnya memberikan susu itu di tangan Winter, lalu kembali pada meja makan yang menyatu dengan dapur itu.

Sebenarnya Wendy ingin sekali berbicara basa-basi, menanyakan ini-itu, tapi apalah daya jika lawan bicaranya itu terus saja mengabaikannya. Jadilah, Wendy yang hanya bisa bertanya dalam diamnya.

Winter mau tidak mau menghargai susu buatan Wendy. Dia meneguknya hingga tandas. Lalu menaruh gelas itu di atas lantai yang dia pijak. Masa bodoh dengan etika. Dia sudah tak tahan ingin pergi ke sekolah. Langkah cepatnya, membawa kakinya menuju keluar rumah.

Pagi-pagi Haechan sudah stay di depan persimpangan. Dirinya menunggu Winter dengan sepeda yang ada boncengannya itu di pinggir jalan.

Winter yang baru keluar dari belokan persimpangan, terkejut. Namun tetap terlihat santai dan melewati laki-laki itu dengan angkuh dan tak peduli.

Padahal Haechan menyambut nya dengan senyum ramah, dan paling manis yang dia punya. Dan lagi, Winter malah acuh saja dengannya.

Entah mengapa kaki Winter berjalan dengan cepat, tapi itu bagus untuknya karena dia malas harus berhadapan dengan laki-laki sableng yang berada di jangkauan matanya. Winter bergidik ngeri, mungkin dia terkena alergi Haechansyndrom. Jijik.

Namun, Haechan tak mau kalah, laki-laki itu memilih menghadang Winter dengan sepeda yang entah tadi pagi dia pinjam siapa. Mungkin tetangga. Karena Haechan punyanya motor, ya meskipun Haechan lebih suka kemana-mana naik angkutan umum. Sebenarnya ada tuh mobil tapi milik papanya buat dinas.

"Mau apa sih?" Cicit Winter.

"Bareng yuk, naik sepeda sama gue." Paksa Haechan tetap dengan nada lembut dan cengiran khasnya.

Winter melayangkan tatapan membunuh, Haechan malah tambah melebarkan senyumnya.

"Menyingkir dari hadapan gue. Udah gue bilang jangan ganggu gue!"

Apricity || Winter Feat HaechanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang