"Wajahnya yang terlihat serius membuatnya terlihat berbeda."
✏
Sampai di area sekolah Ulya dengan takut-takut memasuki gerbang.
Celaan orang- orang berputar di pikirannya.
Dengan memasang tebal muka. Ia berusaha sedatar mungkin.
Ini di luar kebiasaannya.
Ia yang terbiasa menebar senyum.
Ia yang terbiasa melontarkan sapa.
Hanya berwajah datar dan membisu.
Orang yang biasanya menyapanya, hanya tersenyum sungkan.
Ia pun hanya membalas dengan senyum tipis.
Sampai di parkiran, banyak siswa di sini. Ulya memarkirkan motornya di tempat kosong.
Setelah melepas helmnya, ia menatap kaca spion yang menampilkan wajahnya.
Helaan nafas keluar dari mulut tipisnya.
"Gue pasti bisa!" batinnya menyemangati diri sendiri.
Suara motor terdengar mendekat dan disusul suara panggilan, "Ulya!"
Ulya memejamkan matanya, sumber masalahnya sudah datang. Ia harus lebih kuat lagi. Ia menoleh, menatap Raihan yang tepat memarkir motornya di samping Ulya. "Bisa nggak Han? Nggak usah bikin emosi sehari... aja," pinta Ulya memelas. Jujur ia lelah dengan semua ini.
Raihan tersenyum, lalu menggeleng.
Ulya mengepalkan kedua tangannya, "Lo itu definisi nyebelin!" Ia segera turun dari motornya meninggalkan Raihan untuk kedua kalinya di hari yang sama.
Raihan segera melepas helmnya. Turun dan menyusul Ulya yang sudah berjalan duluan.
Ulya menoleh ke samping. Menatap Raihan sinis, bagaimana bisa dengan percaya dirinya ia membarenginya berjalan? Tidak sadarkah dia gosip kita saat ini sedang panas-panasnya? Memang dasar biawak idiot!
"Nggak usah dekat-dekat! Ja_ga ja_rak!" suruhnya tidak terbantahkan.
"Tunggu dulu Ul!"
"Apa lagi? Susah banget sih dibilangin, cuma jangan dekat-dekat kok, susahnya minta ampun," gerutuan Ulya cepat. Ia terus berjalan, mempercepat langkahnya. Dan segera masuk ke dalam kelas, mengurangi mata-mata jahat yang kepo terhadap dirinya. Itu akan sangat bagus untuk ketenangan jiwa dan raganya.
"Gue mau minta maaf!"
Mendengar kalimat singkat Raihan, langkah Ulya terhenti seketika.
"Apa tadi Lo bilang?" tanya Ulya tidak mempercayai pendengarannya. Matanya menatap lekat-lekat wajah Raihan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUbah Sekat
Teen FictionMasa SMK yang akan berlalu menjadi penuh warna, gelap terang terus berperang menjadi perlambang. Retorika yang paling indah terlantun adalah, "Kamu menyukai ku?" "Jika sikapku kurang tercermin, apa mataku bisa berbohong?" "Ini tidak adil Tuhan!" Ole...