"Hidup itu nggak usah dibikin susah. Orang-orang yang buat Lo nggak nyaman, tinggalin! Selesai. Lo nggak perlu memikirkan segala hal yang seharusnya nggak perlu. Bikin capek,"
✏
Hari minggu tiba, Ulya begitu senang ia akan libur ditemani snacks gratisan. Nikmat mana lagi yang kamu dustakan.
Jam sudah menunjukkan pukul 09.00. Ia sudah makan, sudah nyuci baju, bantuin nyuci piring, tinggal sekarang rebahan bareng guling gembul punyanya. Ia begitu menikmati masa santai-santainya. Satu jam lebih sudah berlalu ia masih asik rebahan sambil scroll beranda sosmed ya.
"Assalamualaikum," salam Erina keras dari luar. Ulya yang sedang rebahan langsung terduduk kaget. Ia pun berdiri, akan membukakan pintu. Tapi ternyata sudah dibuka ibunya duluan.
Ngga ada kabar, ngga ada pesan. Tiba-tiba muncul aja ini anak. pikir Ulya berjalan mendekat
"Waallaikumsallam."
"Tante," sapa Ulya sambil menyalami ibu Ulya. "Ulya ada Tan?"
"Ada. Masuk aja di kamarnya." Ulya semakin dekat dengan mereka berdua. "Lah ini anaknya. Buatin minum temannya," suruh ibunya dan berjalan ke belakang rumah.
Ulya hanya mengangguk. "Mau minum apa?"
"Minum yang bisa bikin orang langsung mati, ada nggak?" balas Erina bercanda.
"Ambil aja nih diwc," sahut Ulya lalu terkekeh begitu pun Erina. Ia pun berjalan menuju dapur, hanya menuangkan air putih untuk Erina. "Ini di minum yah. Butuh perjuangan ambilnya."
"Halah cuma air putih doang. Perjuangan," cibir Erina. Namun dia tetap meminumnya.
"Yuk bawa ke kamar aja," ajak Ulya. Ia berjalan mendahului.
Mereka berdua sudah rebahan cantik di kasur mungil Ulya.
"Tadi ke sini naik apa?" tanya Ulya sambil memainkan ponsel.
"Naik motor," balas Erina sekenanya. Ia sedang membalas chat calon pacarnya.
"Owh naik ojol."
Erina mengambil Snack yang terbuka. Mengunyahnya santai. "Bukan ojol, calon ayang."
Ulya menghentikan bermain ponselnya. "Maksudnya kak putra?" tanyanya penasaran.
Erina menggeleng. "Kok putra sih, ketinggalan jaman Lo."
"Terus?"
"Ezhar," balas singkat Erina. Lalu ia cekikikan sambil menatap ponselnya.
"Ezhar siapa?" bingung Ulya.
"Temannya Rendi," balas singkat Erina lagi. Ia sibuk mengetik di layar ponselnya.
"Terus kak putra gimana?" tanya Ulya kepo.
KAMU SEDANG MEMBACA
RUbah Sekat
Teen FictionMasa SMK yang akan berlalu menjadi penuh warna, gelap terang terus berperang menjadi perlambang. Retorika yang paling indah terlantun adalah, "Kamu menyukai ku?" "Jika sikapku kurang tercermin, apa mataku bisa berbohong?" "Ini tidak adil Tuhan!" Ole...