20. Hanya teman

45 67 0
                                    

"Mana ada hal seperti itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mana ada hal seperti itu. Cewek cowok berteman itu hanya sebutuhnya."

"Udah deh nurut aja," suruh Raihan menghiraukan pertanyaan Ulya. Semakin ditanggapi Ulya akan semakin menjadi.

"Nggak mau. Ini kan motor gue, lepasin!"

"Dibantuin juga ngeyel."

"Gue kan masih marah sama Lo. Jadi lepas nggak?"

"Nggak!"

"Ih biawak, lepas."

"Udah dibilang yang nurut."

"Lo siapa nyuruh-nyuruh gue?"

"Pacar Lo," ucap Raihan enteng.

"Ngarep banget."

Raihan terkekeh, lalu dengan seenaknya menaiki motor Ulya.

"Loh loh kok naik sih! Turun nggak?" ucap Ulya sambil mendorong-dorong bahu Raihan.

"Udah dibilang nggak juga. Keras kepala banget sih jadi cewek."

Ulya mundur, bersedekap tangan menatap Raihan sebal.

"Oke, gue nurut. Yaudah cepetan bantu, gue mau pulang," pasrah Ulya setelah menatap Raihan dengan penuh dendam.

Raihan tersenyum menang. "Sini maju dulu Ul. Di rambut Lo ada apaan?"

Dengan tampang lugunya Ulya maju menundukkan kepalanya, Raihan semakin menarik sudut bibirnya. "Anak pintar," ucapnya sambil menepuk-nepuk kepala Ulya pelan.

Ulya menatap Raihan kesal, menjauhkan tangan kotor Raihan dari kepalanya. "Udah dibilang jangan pegang-pegang!" Ia pun sambil membersihkan rambutnya yang dipegang Raihan.

"Oke, oke sorry. Bentar dulu ya?" pamitnya mengeluarkan ponsel. Ia mengetikkan sesuatu di atas layar nya, lalu mengangkat ponselnya sebatas telinga.

"Halo pak Sugeng, Assalamualaikum. Ini saya Raihan anaknya pak Eko Prasetyo," ujarnya memperkenalkan diri. Ulya hanya diam memandangnya mencoba sesabar mungkin. Harapnya hanya Raihan saat ini.

"Owh iya ada apa?"

"Itu pak, motor saya ada masalah di jalan. Bapak bisa tidak kemari memperbaikinya?" tanya Raihan membuat Ulya yang mendengarnya menahan senyum.

"Bisa, nanti kamu kirim lokasinya saja Rai?"

"Siap pak, maaf ya mengganggu."

"Iya Ndak papa."

Panggilan pun terputus.

Raihan menatap Ulya yang masih berdiri di sampingnya. "Sabar dulu ya?"

"Hm!" balas singkat Ulya. Ia berjalan lebih ke pinggiran jalan. Duduk jongkok di sana sambil menyangga kepalanya di atas tangan.

RUbah SekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang