34. Sok kaya

50 39 0
                                    

"Sedekah itu ke orang yang membutuhkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Sedekah itu ke orang yang membutuhkan. Jangan ke orang yang haus traktiran."

Di malam yang gelap. Ulya tengah mondar-mandir bingung di dalam kamarnya yang terang dan sunyi. Berbanding terbalik dengan pikirannya yang terasa gelap dan ricuh.

"Duh gimana nih?" tanyanya pada diri sendiri.

Sial!

Api yang semula membakar pikirannya sudah mulai padam. Namun apa sekarang, api itu mulai menyala kembali. Tinggal tunggu besok semua akan hangus dilahap kobarannya. Yang tersisa hanya butiran debu yang entah bagaiman ia menyatukannya kembali.

Ini semua salah!

Harusnya si bodoh itu tidak melakukanmya.

Akar yang sudah kering sekarang mulai tumbuh kembali.

Entah bagaimana ia bisa membasminya.

Ia malu!

Sangat!

Sudah dapat dipastikan besok, ia akan menjadi topik terhangat di mulut siswa siswi yang lain.

Mau taruh di mana mukanya besok?

Semua gara-gara dia!

Dasar biawak setan!

Ulya berhenti, lalu mengacak rambutnya frustasi. Ia mendudukkan dirinya di pinggiran kasur.

Pikirannya kembali berputar di saat pulang sekolah tadi.

Bel menggema di penjuru sekolah.

Satu persatu mulai meninggalkan bangkunya. Tidak ada istilah berdoa bersama atau salim pada guru. Guru mapel hari ini sedang berhalangan. And then mereka bisa pergi sesuka hati.

Afifah menatap Ulya bingung. Anak itu tidak merapikan barangnya. Tapi malah fokus pada layar ponselnya yang terus ia scroll ke atas. Sesekali cekikikan yang terdengar.

"Ul!"

Ulya menoleh. "Iya?"

"Nggak pulang?"

"Owh iya bentar-bentar, dikit lagi. Lo bisa duluan,"balasnya diiringi senyum.

Afifah mengangguk. "Duluan ya," pamitnya dan meninggalkan Ulya.

Kelas mulai sepi, senyum Ulya tertarik inilah saatnya. Ia segera menghubungi Raihan lewat chat.

Raihan yang sedang berada di parkiran menunggu sepi, teringat setelah mendapat pesan. Dia pun turun dari motornya. "Gue pergi dulu ya bro," pamitnya pada yang lain.

"Yoi," balas mereka beberapa.

Raihan melangkah kembali ke kelas. Dia mendudukkan dirinya di bangku Nabila menghadap ke belakang tepat di depan Ulya. Tangannya terlipat di sandaran kursi.

RUbah SekatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang