Prolog

13.4K 1K 25
                                    

Bukk

Bukk

Bukk

Satu persatu buku diperustakaan tua itu jatuh, tidak secara kebetulan melainkan ulah seorang wanita yang kalang kabut menyusuri rak buku dengan tangannya yang gementar karena tak kunjung menemukan buku kuno yang ia cari.

"dimana dimana..." gumamnya sirat akan keputus asaan.

Buku kuno itu peninggalan mendiang kakeknya. Sang kakek memberitahukan perihal buku terserbut didetik terakhir hembus nafasnya. Buku yang tersimpan jauh di sudut perpustakaan tua yang terletak di pinggiran kota, berbaur dengan tebalnya buku esiklopedia abad ke-13.

Buku yang konon bisa mempertemukannya dengan iblis, membuat perjanjian dengan makluk terkutuk itu dengan menukar segala yang ia miliki termasuk nyawanya sekali pun. Ia membutuhkan buku itu segera, tak perduli apapun resikonya meski kelak dihari pembalas neraka menjadi tempat abadinya. Sungguh ia tak masalah. Asalkan ia bisa melindungi putra kecilnya, Wendi tak apa.

Bukk!

Sebuah buku setebal 5 cm jatuh tepat disebelah kaki Wendi. Wanita itu terbelalak, bukunya- itu buku yang ia cari!

Layaknya buku terkutuk pada film fantasi, lembar demi lembar buku itu terbuka dengan sendirinya. Cahaya merah remang muncul dari sana, setiap lembarnya menguatkan sinarnya.

Hingga kertas berhenti terbuka, tepat pada sebuah halam yang menunjukkan goresan tinta hitam membentuk lukisan sesosok iblis bertanduk yang para satanis sebut sebagai the fall an angel; Lucifer.

Ruang kosong dibawah lukisan iblis secara berkala memunculkan kata sampai membentuk sebuah kalimat yang menyuruh Wendi sebagai orang yang ingin membuat peranjian meneteskan darahnya tepat dikepala lukisan Lucifer.

Wendi meraih pisau lipat yang selalu dibawanya sebagai alat perlindungan diri. Menggoreskan sisi tajam pisau pada telapak tangan lalu mengarahkan tangannya keatas lukisan Lucifer dengan kondisi terkepal.

Tes...

Lukisan yang terkena tetesan darah mengeluarkan kepulan asap. Wendi menarik diri menjauh dari buku tersebut saat asap membumbung semakin tinggi dan tebal.

"sudah lama aku tidak berjumpa dengan anak manusia yang kepalang putus asa sepertimu." Biasanya yang mencari Lucifer adalah manusia yang menginginkan kekayaan, ketenaran, kemakmuran, kemenangan, dan segala hal ambisius lainnya. Bukan makluk penuh kasih macam manusia yang barusaja memanggilnya.

Wendi terbelalak, suara berat dibalik kepulan asap tebal itu pasti- "Lucifer." Buru-buru ia membenahi posisi duduknya menjadi bersimpuh, kepalanya menunduk dalam dengan sepasang tangan saling bertaut.

"seputus asa itu kah?" Lucifer menyipit, mengintip isi pikiran Wendi yang terus menerus memikirkan keselamatan putranya yang masih merah dan belum mampu membuka mata. "putramu cantik, ku ambil dia untuk jadi ibu susu cucu ku ya?"

Wendi menggeleng panik, air mata semakin deras mengalir dari pelupuk matanya. "tidak, apapun akan ku berikan asal jangan putraku. Aku menemui mu untuk menukar apapun yang ku miliki demi putraku. Ku mohon, jangan- jangan libatkan dia."

Lucifer menghela nafas seraya menopang dagu. "tapi 'apapun' yang kau miliki juga termasuk putra mu."

"ku mohon, jangan libatkan putraku. Aku- aku akan melakukan apapun asal jangan apa-apakan putraku."

Sang raja iblis bergumam, berfikir barang bagus yang bisa ia ambil dari manusia putus asa yang berlutut didepannya.

Jiwa? Tentu saja setelah perjanjian dilakukan jiwa Wendi secara otomatis menjadi milik Lucifer sebagai bayara. Eum.. harta? Hm boleh juga, dari pada harta yang seharusnya menjadi hak Wendi diambil oleh saudara-saudaranya yang serakah, mendiang Lucifer rampas harta itu sekalian dengan jiwa saudara-saudara Wendi yang tamak. Yah, hitung-hitung menambah kacung di istananya.

"baiklah sudah ku putuskan." Seru Lucifer mengagetkan Wendi, "Tapi sebelum itu, kau beri nama siapa putramu?"

"Huang Renjun."

.

.

TBC

Pemanasan

kurang ajar memang, masih punya hutang tiga book tapi malah buat cerita baru..

semoga suka sama cerita yang ini

see you next chap..

Huang Biseonim~ (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang