여덟

6.6K 760 56
                                    


Jisung badmood, bayi gempal itu sama sekali tidak merespon meski ujung sendok berisi bubur tim kesukaanya menempel pada bibir cemberutnya. Jaemin yang menyuapi si kecil menghela nafas, "mereka masih belum selesai ya?"

Haechan yang memang punya kesibukan pagi yang tak jauh beda dari Jaemin –menyuapi Chenle - menggeleng. "entah muslihat macam apa yang Jeno katakan, tapi apapun itu semoga membawa hasil yang baik. Lihatlah Jisung- dia merajuk karena ibunya diambil. Bayangkan kalau gagal, dipastikan hidup kita tidak akan tenang dari kekacauan yang diciptakan setan kecil ini." 

"setuju. Tapi aku penasaran apa yang mereka bicarakan hingga memakan waktu selama ini."

Keduanya spontan mendongak, menatap sebuah pintu yang membatasi dunia luar dan kamar Jeno.

"ku rasa, Jeno tidak hanya sekedar bersilat lidah untuk memerdaya Renjun."

Haechan menatap Jisung bersama senyum jahil terpantri di wajah, "oho~ sepertinya sebentar lagi Jisung akan punya adik."

Si kecil terpelatuq, mata sipitnya membulat, tangan gempalnya spontan meremat kepala boneka moomin yang sengaja Haechan ambil ketika menjemputnya; membawanya keluar dari kamar sang Papa.

"HUWAAA"

Jisung mau nangis keras keras biar rencana Papa buat adik gagal!


.


Jeno dan Renjun yang tengah berjaba tangan tanda tercapainya sebuah kesepakatan tersentak mendengar tangis menggelegar Jisung.

"tidak ada surat perjanjian atau semacamnya. Ini murni simbiosismutualisme, paham?" kata Jeno serius yang mana langsung mendapat anggukan mantap dari Renjun.

Tadi jam 4 pagi, Renjun kegep menyusui Jisung yang lagi-lagi terbangun. Dengan kesadaran dibawah rata-rata Renjun meraih si kecil melupakan eksistensi Jeno yang juga berada di kamar yang sama dengannya.

Saat itulah Jeno yang menyaksikan aktivitas Renjun menggunakan mata kepalanya sendiri dari awal sampai si kecil selesai menuntaskan dahaganya. Posisi Jeno yang tidur miring menghadap Renjun dan Jisung membuat lelaki bermarga Lee itu melihat semuanya dengan amat sangat jelas.

Jeno memerintahkan Renjun menjelaskan semuanya, tentu setelah Haechan datang mengambil Jisung yang masih tidur agar ketika si kecil bangun tidak menganggu pembicaraan mereka.

Lalu usai mendengar semua penjelasan dibuatlah perjanjian; sebuah kesepakatan yang menguntungkan kedua belah pihak dan sewaktu-waktu bisa dibatalkan apabila salah satunya merasa dirugikan.

Jeno bersumpah menjaga rahasia Renjun asal sekertarisnya itu bersedia menjadi ibu susu untuk Jisung. Tapi Jeno tidak bisa menjamin orangtuanya tidak akan tau, namun Renjun bisa memaklumi. Bagaimana pun juga perjanjian ini menyangkut Jisung yang merupakan salah satu cucu dari keluarga inti Lee.

Sebenarnya Renjun agak ragu, tapi kalau menyetujui syarat Jeno dapat menyimpan rahasianya dari orang-orang diluar keluarga inti Lee maka ia akan bekerja keras memberikan yang terbaik untuk Jisung.

"saya permisi." Renjun membungkuk singkat lalu beranjak pergi, bergegas keluar dari kamar sebab tangisan Jisung yang semakin menjadi.

Ceklek

Blam!


Jeno menghela nafas yang sedari tadi ia kontrol agar tetap teratur. Diliriknya bagian selatan tubuhnya yang sedaritadi tidak baik-baik saja.

Huang Biseonim~ (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang