일곱

7.1K 810 123
                                    

Pagi ini, pesawat tujuan Taipe-Korea Selatan menderat dengan selamat dibandara internasional Incheon.

Seorang pemuda jangkung berusia belasan tahun melangkah keluar dari pintu kedatangan berbaur diantara penumpang lain. Kebanyakan penumpang disambut hangat oleh kerabat yang menjemput, berbanding terbalik dengan si pemuda yang terus melangkah keluar bandara tanpa seorang pun yang memandu.

Kala kaki jenjangnya melewati pintu, ponselnya bergetar menunjukkan satu pesan dari aplikasi chat.

"Lai Guanlin?"

Pemuda jangkung itu menoleh malas ke asal suara. Seorang paruh baya menghampiri, wajahnya datar nan dingin tanpa ekspresi berarti.

"kau suruhan tua bangka itu?" tanya Guanlin tanpa basa basi. Ia kira setelah diusir dari rumah ia bisa bebas melakukan apapun sesukanya. Ternyata dirinya masih diawasi.

"ikut aku."

Merotasi mata malas, membatis jika semua yang berhubungan dengan keluarganya amat sangat membosankan.

Lahir dalam keluarga pengusir makluk –exorciser- membuat Guanlin sejak kecil tumbuh dilingkungan ketat penuh anturan yang menjauhkan diri dari dosa. Yang dilakukan setiap hari hanya berdoa pada Tuhan, menghafalkan ayat-ayat kitab, berlatih bahasa-bahasa aneh agar dapat berinteraksi dengan makluk sejenis jin, setan dan iblis acap kali melakukan upacara pengusiran.

Yang paling menyusahkan, kemampuan exorcism keluarga Lai merupakan turun-temurun. Sialnya, kata tuan Lai, Guanlin ini exorciser paling kuat diantara keturunan Lai. namun sikapnya yang urakan dan suka cari ribut membuatnya malah berpotensi mencoreng nama keluarga alih-alih mengharumkannya.

Hobi bolos, perokok, gemar tawuran, suka ke klub malam, mabuk-mabukan kadang nakal dengan mengacaukan formasi saat latihan upacara mengusir makluk bersama rekan setim yang berakhir salah satu murid kerasukan. Benar-benar tak mencerminkan seorang exoricer yang memiliki jiwa suci.

Tapi memang pada dasarnya Guanlin tidak tertarik menjadi seorang pengusir makluk yang menurutnya menganggu hak asasi antar makluk Tuhan.

Ya kan, hak nya si makluk merasuki tubuh manusia –tugas makluk kan memang mengganggu manusia dengan menghalalkan segala cara-. Sebagai manusia harusnya tau diri, sudah tau kalau di dunia ini bukan hanya ditinggali manusia sendiri tapi malah tidak membentengi diri  agar terhidar dari makluk lain yang sewaktu-waktu bisa mengambil alih jiwa mereka.

Banyak-banyak beribadah, berdoa dan mendekatkan diri pada Tuhan makanya biar tidak kerasukan, julid Guanlin kala mendapat kelas 'macam-macam cara mengusir makluk yang bersemayam dalam tubuh manusia' yang berakhir kepalanya kena sambit rotan milik ayah nya.

Makanya dari pada memperburuk keluarga, tuan Lai mengusir anaknya ke Korea Selatan. Tapi siapa sangka Gauanlin malah bahagia ketika diusir. Makanya demi kemaslahatan umat tuan Lai menitipkan Guanlin pada sahabatnya Oh Sehun –paruh baya yang menjemput Guanlin dibandara- guna membimbing sang anak ke jalan yang benar dan lurus.

Citt!!

Kepala Guanlin nyaris menghantap dashboar kala mobil yang dikendarai Sehun nge-rem mendadak. Ditatapnya paruh baya itu sengit. Tapi yang lebih tua malah dengan santai turun dari mobil dan merapikan penampilannya yang serba hitam dari ujung kepala sampai kaki -pakaian khas seorang pendeta. Mau tak mau Guanlin ikut turun dari mobil yang telah terparkir di depan sebuah flat berisi tujuh unit.

"anyeonghaseo."

Guanlin otomatis membungkuk kala seorang lelaki mungil bersetelan jas ala kantoran melewatinya.

Deg!

Greb!

"jangan menoleh." Cegah Sehun mencekal bahu Guanlin kala si remaja Lai hendak berbalik memastikan energi apa yang mengelilingi tubuh lelaki mungil yang baru saja melewatinya.

Huang Biseonim~ (Noren)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang