*dipublis tanpa edit dan baca ulang. jika ada typo atau kata nyeleneh harap maklumi.
.
.
.
Seminggu berlalu sejak Jeno dan Jisung menginap di flatnya, Renjun terus mendapatkan mimpi aneh bernuansa gelap dan menyeramkan yang dibumbui dengan kilas suatu pertempuran dan darah menggenang bak telaga di atas tanah.
Dalam mimpinya selalu ada Jeno yang melontarkan pertanyaan yang terkesan memaksanya mengingat sesuatu. Bukan Renjun sih, lebih tepatnya pada seorang yang Jeno panggil Seraph.
Tapi Renjun tidak mengerti perihal isi mimpi yang membuatnya berada dalam sudut pandang Seraph, tidak pula memahami mengapa dirinya terlibat, namun tak dipungkiri ia merasa tidak asing dengan adegan demi adegan dalam mimpinya.
Deja vu, itulah yang Renjun rasakan acap kali mimpi itu menyambangi tidurnya.
Namun apapun itu, mimpi tersebut telah menyita sebagian malam Renjun yang harusnya tenang dan damai. Tidur nyenyaknya pun sirna, berganti dengan kewaspadaan pada bunga tidur yang belum tentu benar nyatanya.
Pasalnya mimpi itu terlalu menyakitkan untuk dilihat, pun terlalu menyedihkan tuk dirasakan, akan tetapi terlampau meyakinkan tuk diabaikan. Acap kali terbangun, yang Renjun rasa adalah takut disertai hampa yang menghuni sebagian kecil hatinya.
Kacaunya jam tidur Renjun berdampak besar pada tubuhnya, terutama produksi asi nya. Harusnya Renjun senang asi nya berkurang drastis, itu tandanya ia selangkah lebih dekat dengan impiannya hidup sebagai lelaki normal.
Tapi sebaliknya, Renjun justru panik bahkan tanpa malu menemui Ten -dokter anak yang menangani Jisung imunisasi- untuk mendapatkan solusi.
Bersama Jisung yang menangis digendongan, Renjun masuk keruangan Ten yang seketika tersenyum ramah menyambut pasien terakhirnya.
"aighoo... Jisung kenapa menangis?" Ten meraih tangan gembul Jisung yang masih sesegukan. Jiwanya sebagai dokter anak membuat Ten tak butuh waktu lama untuk sadar kalau Jisung sedang kelaparan. "Anda bisa menceritakannya pada saya, tak perlu sungkan."
Menarik nafas panjang Renjun pun menceritakan keluhannya pada Ten yang mendengarnya dengan seksama.
Dokter anak itu manggut-manggut usai Renjun mengakhiri penjelasannya. Problematik orang tua baru, pikir Ten menautkan jari jemarinya bersiap mengajukan pertanyaan paling umum dan utama pada sang klien.
"sudah membicarakannya dengan tuan Lee?"
Renjun menipiskan bibir, dengan ragu menggeleng kecil.
"baiklah..." Ten meraih pulpen dan selempar kertas, sambil mencatat sesuatu ia mulai menjelaskan. "jadi ada beberapa tips yang bisa Anda lakukan agar produksi asi bertambah, pertama-"
.
Cara pertama, tidak efektif.
Sudah tiga hari Renjun mengonsumsi makanan dan vitamin yang disarankan Ten tapi hasilnya kurang memuaskan. Produksi asi nya bertambah, tapi tidak sampai memenuhi kebetuhan si kecil.
Haduh.. anak siapa yang repot siapa. Andai saja Jisung tidak alergi susu formula, Renjun tidak akan sepusing ini.
Nah, karena cara pertama kurang efektif maka Renjun harus melakukan cara kedua alias alternatif terkahir. Tapi cara yang satu ini agak... menguji nyali –bagi Renjun- pasalnya harus melibatkan Jeno didalamnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Huang Biseonim~ (Noren)
Fiksi Penggemarcover by pinterst Mengisahkan Lee Jeno, pangeran iblis yang berbaur diantara manusia demi mencari 'sumber makanan' untuk putra tercintanya. Dan Huang Renjun, seorang sekertaris wakil presdir yang memiliki kelainan aneh yang menjadi rahasia besarnya...