Chapter 1 : Rylana Blaire

20.4K 1.7K 90
                                    

Ini chapter satunyaaaa....

Semoga kalian nanti akan suka yaaa~ wkwkwk

Kalo belum suka, akan kubuat kalian jatuh cinta sama cerita ini. Wkwkwkkw

⚘⚘⚘

Rylana menguap panjang ketika rasa kantuk menyerangnya. Dia duduk di balik meja kasir dengan kepala bertumpu di atasnya dan mata setengah terpejam. Menjaga toko selalu membuatnya senang, tapi juga terkadang melelahkan.

Sudah sejak lama dia ingin memiliki toko bunga impiannya, dan semenjak pindah ke New York untuk melanjutkan pascasarjananya, dia mulai membuka toko bunga dengan dibantu orang tuanya yang ada di Inggris. Pagi sampai siang dia harus berkuliah, dan sepulangnya harus menjaga toko sampai malam. Tidak memiliki karyawan sangat melelahkan, tapi jika memiliki karyawan dia takut tak sanggup membayar mereka.

Biaya hidup di New York sangat tinggi. Meski dia mendapat beasiswa penuh untuk pascasarjana, tapi biaya makan dan apartemen tentu tidak ditanggung oleh beasiswanya. Dia harus membiayai kehidupannya sendiri, jadi membuka toko, menjaga toko dan berkuliah serta mengerjakan tugas sudah menjadi rutinitasnya sehari-hari.

Tring. Bel di atas pintu berdenting bersamaan dengan pintu kaca yang memiliki tulisan 'Blaire's Florist' berayun terbuka.

Rylana mengangkat kepalanya dengan senyum manis di bibirnya. Dia bangun dan bersiap menyambut pelanggan. Tatapannya terpaut tak sengaja dengan tatapan datar dari seorang pria yang berdiri d depan pintu. Untuk sesaat Rylana terdiam memandangnya dengan hati berbunga-bunga dan penuh kekaguman.

Pria itu memiliki wajah yang tampan dengan rahang kokoh dan berjambang, dengan tulang pipi yang tegas dan alis tebal. Dia memiliki mata abu-abu cerah yang menenggelamkan ketika memberinya tatapan tak sengaja. Tubuhnya tinggi dengan postur tegap dan gagah. Pria itu mengenakan setelan jas hitam rapi, dengan jam tangan mewah melingkar di pergelangan tangannya. Rambut hitamnya disisir rapi ke belakang, dan terkadang ke samping dengan gel rambut.

Kedewasaan jelas membayanginya, tapi juga dia terlihat masih muda. Rylana memperkirakan, mungkin saja usianya tiga puluh, atau bahkan tiga puluh lima? Pria-pria seperti ini adalah pria yang selalu ada dalam imajinasinya. Sayangnya, pria seperti ini sudah pasti milik seseorang.

Rylana buru-buru keluar dari meja kasir sambil membenarkan rambut brunetnya yang panjangnya tepat di bawah bahu agar lebih rapi. Dia juga mengusap celemeknya yang kusut. "Silakan masuk," sambut Rylana.

Pria itu masuk tanpa melihat-lihat. Sedangkan Rylana dengan sigap meraih bunga lili putih yang segar dan bersih, kemudian membawanya ke meja kasir. Dia sudah sangat hapal apa yang akan dipesan sosok ini, karena setiap hari sabtu dia akan datang untuk memesan satu buket bunga lili putih. Dengan cekatan Rylana mulai membungkusnya menjadi buket yang cantik.

"Aku ingin dua buket lili." Suara rendah itu mengalun di belakang tubuhnya, membuat Rylana terkesiap dan hampir menjatuhkan buket di tangannya.

Rylana menahan napasnya kemudian berdeham pelan dan berbalik memandang pria itu dengan senyuman. "Baik," balasnya. Dia mengambil bunga lili yang lainnya dan membawanya kembali ke meja. "Apa ingin ditambahkan catatan untuk keduanya?"

"Tidak perlu."

Rylana hanya mengangguk sebagai balasan, kemudian membungkus buket kedua dengan cantik. "Apa Anda tahu, bunga lili putih melambangkan kesetiaan, maka dari itu selalu lebih banyak digunakan dalam pernikahan."

"Apa itu benar?"

"Benar. Selain cantik, lili putih juga bermakna."

Dengan senyum masih terpasang di wajahnya Rylana kembali ke balik meja kasir setelah selesai membuat dua buket bunga. Rylana memperhatikannya dari balik meja, jantungnya berdebar tak karuan. Pria ini telah mencuri perhatiannya sejak pertama datang ke tokonya, seakan keindahannya mengalahkan bunga-bunga di toko ini.

Entangled With You [END] / Sudah Tersedia di Google Play & KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang