Chapter 9 : Don't Bite Your Lips

12.9K 1.5K 67
                                    

Daddy Rix dan Rylana kambeeekkk..

Sudah mulai tertarik sama si hot Daddy? wkwk

Happy Reading~


💋💋💋



Keputusan ini telah diambilnya dan Rylana segera memasuki gedung, di mana seorang resepsionis segera menyambutnya seolah sudah tahu dia akan datang. Mengantarnya sampai ke lantai ruangan Rix. Sepanjang di dalam lift, Rylana memerhatikan penampilannya sendiri. Seharusnya dia berpakaian lebih rapi hari ini, tapi dia hanya mengenakan celana jins dengan blus berwarna hitam, rambutnya dibiarkan tergerai.

Begitu tiba di lantai 35 pintu lift segera terbuka dan seorang resepsionis di lantai itu menghampirinya dengan senyum ramah. "Selamat siang, Ms. Blaire."

"Selamat siang," balas Rylana.

Dia dibimbing ke ruangan Rix yang sudah dikenalnya. Rylana terus meremas-remas tangannya karena gugup dan gelisah, diam-diam menarik napas dan mengembuskannya dengan pelan untuk mengatur pernapasan dan detak jantungnya. Bagaimana pun dia akan melakukan sebuah kesepakatan yang mungkin akan mengubah seluruh hidupnya.

Wanita itu mengetuk pintu sesaat sebelum membukanya dan mempersilakan Rylana untuk masuk. Aroma maskulin yang kuat dan memabukkan menerpa indera penciumannya begitu pintu terbuka, membuat Rylana semakin menyadari bahwa di dalam sana ada sosok yang akan menjeratnya semakin jauh. Rasanya begitu berat untuk sekedar melangkah, seperti kakinya dibebani oleh bola dari baja.

"Ms. Blaire?" panggil wanita itu.

Rylana terperanjat, terlihat sekali bahwa dia memang gelisah. Keringat rasanya sudah mengucur dari leher sampai ke dadanya dan meluncur ke perutnya. Dia seperti baru saja melakukan pelarian yang hebat, dengan perasaan gelisah, gugup dan juga tertantang.

"Tidak apa-apa," balasnya seraya memasuki ruangan.

Rylana menarik napas tajam dengan kesiap kedua tangan meremas tasnya ketika pandangannya bertemu dengan tatapan tajam itu. Rix sedang berdiri di tengah ruangan sambil memandangnya dengan tajam, dalam dan penuh arti. Dengan ragu dia melangkah mendekat, berdiri dengan jarak dua meter. Keduanya masih saling pandang, tak ada yang berbicara.

Rix dalam setelan jas dan celana biru terlihat semakin memesona, dengan rambutnya yang disisir rapi. Garis-garis rahangnya begitu tegas, dengan bibir terkatup rapat menambah keindahan pahatan nyaris sempurna itu. Ya, dia seperti Dewa seks yang memesona dan menggairahkan di setiap bagian dirinya.

"Duduk," kata Rix tanpa mengalihkan pandangan.

Rylana mengambil duduk di sofa yang ada di seberangnya tanpa bantahan. Kedua kakinya jelas terasa gemetar dalam hal yang membingungkan; antara menyenangkan dan takut. Pria ini terlihat begitu mendominasi saat memerintah, tak mau dibantah bahkan mungkin akan membentaknya jika dibantah.

Rix meraih sebuah map dan memberikannya pada Rylana. "Baca," katanya lagi.

Rylana meraih map itu, membukanya dan membaca tulisan atasnya yang merupakan surat perjanjian pra-nikah mereka. Mungkin mereka memang harus membuat perjanjian pra-nikah agar tidak terjadi hal-hal yang akan merugikan keduanya. Semisal, mereka tidak cocok jadi bisa berpisah dengan mudah dan kapan saja.

Matanya terus bergerak membaca semua tulisan yang ada di sana. Salah satunya ketika menyebutkan jika mereka tidak cocok, keduanya harus bertahan sampai mereka memiliki anak. Rylana tidak setuju, karena dia merasa ingin seumur hidup bersama pria itu.

"Aku sudah memikirkannya, mungkin sebaiknya kita menikah kontrak," ujar Rix dengan nada santai, dia duduk sambil menyandarkan tubuhnya dan mengangkat satu kakinya ke kaki lainnya.

Entangled With You [END] / Sudah Tersedia di Google Play & KUBACATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang