Babang Rix kambeeeekkk...
Semoga kalian suka ya...
🔥🔥🔥
Keesokan paginya Rylana bangun agak siang, tidak seperti dirinya yang terbiasa bangun pagi. Ketika hendak bangun, tubuhnya terasa sakit dan ringisan kecil meluncur dari bibirnya yang terasa kering. Dia menjilat bibirnya sendiri, kemudian berusaha bangun.
Rix tentu saja sudah tidak ada di sampingnya, bahkan tak ada di kamar itu. Dia bangun, menyeret selimut yang membelit tubuhnya menuju kamar mandi dan membersihkan diri di bawah guyuran shower dengan wajah tak percaya. Bahkan ketika air memercik dari atas kepalanya, tidak bisa menyembunyikan rona di wajahnya.
Semalam, akhirnya dia melewati malam yang panas dan menggairahkan bersama dengan pria impiannya yang merupakan pelanggan tokonya yang selalu membeli buket lili putih. Pria yang membuatnya jatuh cinta, tapi hanya bisa dilihat di hari sabtu.
Rylana masih ingin berlama-lama membersihkan diri, tapi tiba-tiba rasa dari sentuhan Rix semalam muncul kembali. Dia mematikan kran dan meraih jubah mandi, memakainya dan melilitkan talinya. Ia pun kembali ke kamar sambil mengeringkan rambut brunetnya. Ketika hendak melepaskan jubahnya, pintu kamar diketuk dari luar dan itu adalah layanan kamar.
Rylana membukanya dan membiarkan dua orang wanita masuk membawa pakaian di dalam pelindung dengan nampan berisi makanan untuknya sarapan.
"Mr. Walter berpesan, setengah jam lagi akan ada yang mengantar Anda menemuinya," kata salah satu wanita itu.
"Terima kasih," balas Rylana dengan senyum kecil.
Dua pelayan hotel itu pergi, dan Rylana segera berganti pakaian yang baru saja dikirim. Sebuah summer dress berwarna kuning tanpa lengan dipadu dengan sepatu flat. Setelah selesai, dia juga memakai sunscreen dan memulaskan lipbalm di bibirnya.
Seseorang mengetuk pintunya lagi, dan Rylana segera bergerak membukanya. Terlihat satu orang pria sedang berdiri dengan pakaian serba hitam, mengangguk kecil tanpa senyuman padanya.
"Mr. Walter sudah menunggu Anda," katanya.
"Oke, sebentar." Rylana kembali masuk untuk meraih tas selempangnya kemudian memakainya. Dia pun segera keluar meninggalkan kamar itu, berjalan ke lift dengan pria tadi.
Setelah beberapa saat mereka tiba di lobi dan pria tadi berjalan lebih cepat untuk membukakan pintu mobil bagian belakang. Dengan senang hati Rylana masuk, menyandarkan dirinya dengan nyaman. Memandang ke jalanan di mana orang-orang berjalan di trotoar hanya berjarak beberapa langkah darinya yang ada di mobil. Di seberang jalan adalah pantai dengan pemandangan gedung-gedung bertingkat.
Dia tidak tahu akan dibawa ke mana, tapi yang pasti bukan untuk menemui seseorang untuk diperkenalkan padanya.
Mobil memasuki kawasan pantai yang tidak banyak orang, bahkan hanya ada beberapa petugas saja di bagian depan. Mobil berhenti dan Rylana segera keluar. Dia memandang sekeliling, tidak ada siapa pun di pantai ini. Di kejauhan ada kapal-kapal yang berlayar membawa para turis, dan deburan ombak yang tidak begitu besar menjadi latar suara di tempat itu.
Rylana berdiri di tepi pantai dengan angin yang berembus kencang menerbangkan rambut dan pakaiannya. Dia menyipitkan matanya, memandang sekeliling sampai menemukan sosok Rix yang sedang berdiri menghadap pantai.
Pria itu berdiri di pinggir pantai dengan kaki yang sesekali terkena air laut. Satu tangannya memegang ponsel di telinganya, dan satu tangannya berada di pinggulnya. Saat itulah Rylana menyadari Rix memiliki tato dibagian dalam lengannya, karena semalam dia tak mengindahkannya. Rix juga hanya mengenakan celana pendek yang memperlihatkan tungkainya yang panjang dan seksi, tanpa mengenakan atasan. Punggungnya telanjang, dengan keringat yang mengalir di tulang belakangnya, terlihat begitu seksi dan tampan. Angin bertiup menggoyangkan rambut hitamnya yang pendek.
Rylana mendekatinya secara perlahan sambil memandangi tubuh indah bak Dewa Yunani itu. Tubuh kokoh dengan kulit kecokelatan itu seakan berkilauan bermandikan sinar matahari pagi menjelang siang.
Tiba-tiba Rix berbalik hingga tatapan mereka bertaut, Rylana menjilat bibirnya yang terasa kering kemudian melemparkan senyum kecil. Sedangkan Rix hanya memandang dengan wajah tanpa ekspresi, masih berbicara di telepon.
"Hubungi aku lagi untuk kelanjutannya, kita akan bahas saat pertemuan hari rabu," kata Rix pada seseorang di telepon, kemudian mematikan panggilannya.
"Kenapa tidak ada orang selain kita?" tanya Rylana seraya berjalan mendekatinya.
Rix menaikkan sebelah alisnya, masih tak menunjukkan ekspresi apa pun. "Kau ingin ada banyak orang di sini?"
Tidak, aku justru selalu ingin bersamamu tanpa ada siapa pun diantara kita, pikir Rylana.
"Pantainya indah," kata Rylana lagi.
"Ya, ini private beach."
Rylana memandang sekeliling, dan memang hanya ada mereka berdua. Ada beberapa pepohonan di bagian depan pantai. Senyumanya terkembang ketika dia berpikir ingin berenang di pantai karena sudah sangat lama sekali dia belum pernah ke pantai lagi.
"Aku ingin berenang," katanya seraya melepaskan sepatu dan tasnya di pasir. "Sayangnya tidak membawa bikini."
Rix mengerutkan alisnya samar, tatapannya terlihat tidak senang membuat Rylana menutup mulutnya dengan cepat.
Rylana pikir Rix sepertinya tidak senang jika dia memakai bikini, mungkin tubuhnya tidak seindah wanita lain. Akan tetapi pria itu berjalan cepat mendekatinya, meraih lehernya dengan tiba-tiba. Napasnya tertahan ketika bibir Rix berjarak beberapa inci dari bibirnya. Dia menatap bibir sensual pria itu, dan tiba-tiba gelenyar panas kembali bangkit dalam tubuhnya.
"Aku tidak suka kau memakai bikini," desis Rix diantara bibirnya yang terkatup. Napasnya menerpa bibir Rylana.
Rylana membasahi bibirnya dengan lidah sambil mengangkat pandangan. "Apa tubuhku tidak bagus?"
"Karena aku tidak ingin siapa pun melihat tubuhmu."
Seperti ada kembang api yang meledak di hatinya dengan meriah ketika Rix selesai mengatakan itu padanya. Tentu saja Rylana tidak menyangka sekaligus bahagia! Ternyata Rix mulai posesif padanya.
"Tapi ini private beach," balas Rylana.
Rix mengatupkan bibirnya dengan rahang mengetat, tatapannya semakin tajam karena tak suka dibantah. Tiba-tiba Rylana teringat pada ucapan Sinna yang memberitahunya bahwa Rix tak suka dibantah dan akan membentaknya.
"Maksudku ..."
Ucapan Rylana tidak selesai ketika Rix menyatukan bibir mereka, menyesap bibirnya dan menggigit bibir bawahnya membuat Rylana terengah kewalahan sambil membuka mulutnya. Dengan cepat lidah Rix meluncur di mulutnya, menggodanya dengan liar. Mereka pun berciuman di pantai yang tidak ada siapa pun.
Rix menciumnya dengan tergesa, dan gairah kembali melonjak di tubuhnya. Rylana terkesiap tajam ketika merasakan tubuh pria itu menekannya, dia sudah diambang gairahnya dan siap meledak.
"Shit!" Rix mendesis tajam seraya melepaskan ciumannya. "Ikut aku," katanya, meraih tangan Rylana dan membawanya berjalan di sepanjang pantai.
💋💋💋
Vote dan komennya jangan lupa.
See you next chapter 😘
KAMU SEDANG MEMBACA
Entangled With You [END] / Sudah Tersedia di Google Play & KUBACA
Romance(Roman dewasa 20+) Rix Walter, tampan, kaya raya, seksi, dan terpenting seorang duda paling diincar di New York, yang membuat Rylana Blaire jatuh cinta. Terjerat bersama Rix Walter dalam hubungan rahasia dan penuh gairah hanya ada dalam imajinasi Ry...