twenty nine

361 41 6
                                    

Sesampai ditempat piknik, Alin terperangah takjub melihat tempat seindah ini.

Mereka menggelar tikar diatas rerumputan subur dan langsung disuguhkan dengan pemandangan yang sangat indah dimana pegunungan yang terlihat meski cuma bayangan kabut, sementara ada sebuah danau indah ditempat yang tak jauh dari mereka duduk.

Danau yang tak kalah indah dengan danau tempat favoritenya Bara. Danau biru jernih dengan ikan-ikan kecil didalamnya. Serta bunga teratai yang menghiasinya. Sangat indah.

Sementara dibelakang mereka terdapat hamparan kebun bunga yang luas. Begitu indah membuat Alin tidak ingin pulang lagi.

Danau yang jernih ditambah kabun bunga cantik yang luas, perpaduan sempurna, tempat yang begitu indah.

***

Alin duduk bersampingan dengan Bara sambil memandang danau jernih dihadapan mereka. Sebelum itu, mereka sudah mengisi perut dengan sandwich buatan Queen dan juga jus buah segar.

Piknik di alam luar yang terawat, dibawah pancaran sinar matahari yang teduh membuat Alin cukup bahagia berada ditengah-tengah keluarga mereka. Senang bisa ikut merasakan keharmonisan keluarga yang tidak pernah ia dapatkan.

Ngomong-ngomong tentang keluarga, bagaimana kabar Rana di luar negri? Apakah baik-baik saja? Ini sudah hampir dua bulan namun wanita itu belum pulang juga. Meskipun kurang suka dengan sikap Rana, Alin tidak bisa menepis jauh rasa cemas serta kekhawatirannya. Apakah Mamanya sudah makan? Terlalu fokus pada pekerjaannya bisa saja membuat Rana melupakan kebutuhannya. Alin sangat mengenal Mamanya. Rana adalah orang yang pekerja keras.

Tanpa sadar, Alin menghela nafas panjang membuat perhatian Bara terpusat padanya.

"Kenapa?"

"Nggak papa, cuma keinget Mama" 

"Telepon?"

"Mungkin Mama masih istirahat, disana masih malam sekarang" Ujar Alin membuat Bara menyimpulkan kalau Ibu Alin sedang berada diluar negeri.

"Bara, kesini bentar nak" Teriak Queen memanggil putra pertamanya.

"Iya, Mom."  Hal yang membuat Alin menyukai Bara, ia memperlakukan Queen begitu lembut, selalu patuh dengan orang tuanya.

"Tunggu disini, gue balik lagi" Setelah mengucapkan itu, Bara berdiri meninggalkan Alinza yang menatap danau dengan tatapan pilu.

Perasaannya tak tergambar, moodnya hancur, rasanya perasaannya tak seindah tadi setelah Rana tidak sengaja terlintas dipikirannya.

"Hai, kak Alin" Sapa Beltran memilih duduk disampingnya.

Alin mengubah raut wajahnya. Entahlah dia tidak ingin terlihat sedih dimata mereka.

"Tumben? Panggil nama aja lah, gue rada aneh lo panggil 'kak' "

Beltran menggeleng, "Nggak bisa!"

Dahi Alin spontan mengerut, "Kenapa?"

"Mommy gue selalu nyuruh manggil lo pakek 'kak' katanya harus sopan meskipun cuma beda setahun. Karena gue anak yang berbakti, gue nurutlah. Mana tega gue ngelanggar didikan Mommy."

Harmony ; family relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang