thirty three

371 44 8
                                    

JANGAN LUPA VOTE SEBELUM MEMBACA

HAPPY READING

***

SEJUJURNYA sampai saat ini, Agatha masih tidak menyangka dia sudah berpacaran dengan Bara. Lelaki itu telah memperjelas hubungan mereka seminggu yang lalu.

Agatha tidak bisa berbohong untuk tidak senang saat itu. Ada sepercik rasa tidak senang saat Bara lebih memperdulikan gadis lain ketimbang dirinya. Agatha tidak melarang Bara untuk berteman dekat dengan seorang perempuan, apalagi itu Alinza. Tetapi bukankah Bara terlihat seperti milik Alin daripada miliknya?

Ah, dia tidak benci...sungguh. Dia hanya merasa...mungkin cemburu.

Tersentak saat seseorang duduk dibangku sebelahnya, itu sebenarnya tempat Alin. Tetapi gadis itu entah pergi kemana. Saat ini tengah diduduki oleh seseorang yang baru saja berkelana dipikirannya.

"Kak Bara?"

"Nggak istirahat?" tanya lelaki itu.

Gadis itu menggeleng, "aku lagi males jalan."

Lalu lelaki itu menyodorkan sebotol minuman dingin dan roti keju kesukaannya.

"Gue pergi ya, dimakan rotinya." Sebelum pergi dari kelas Agatha, Bara menyempatkan untuk mengelus rambut gadis itu pelan.

Melihat punggung Bara menjauh, Agatha hanya mengulas senyumnya. Dia kira berpacaran dengan Bara akan biasa-biasa saja dan terasa membosankan, tetapi ternyata lelaki itu lumayan manis juga.


***

Bara hanya ingin duduk menikmati semilir angin ditaman belakang sekolah, bersantai dengan mata terpejam serta tiupan angin yang sejuk. Itu ekspetasinya.

Sesampai disana, dia melihat Alin tengah duduk termenung sendirian. Itu membuatnya melupakan niat awalnya kemari. Daripada duduk dibangku lain, dia justru memilih menghampiri Alinza. Duduk disebelah gadis itu membuat gadis itu menoleh.

Ada yang aneh dengan gadis itu. Sepertinya sedang bersedih.

"Kenapa?"

Alin menggeleng lalu tersenyum, "nggak papa, aku hanya kepikiran Mama."

"Telepon?"

Alin melirik arloji, kemudian menghela, "disana masih subuh, Mama pasti masih tidur."

"Jangan sedih, kan masih bisa nanti" ujar lelaki itu. Dia tak tahu mengapa dia sekhawatir itu pada Alinza.

Menatap Alin sejenak, entah mengapa dia merasa terikat dengan Alin. Maksudnya, dia merasa gadis itu...

Ah, susah menjelaskannya. Atau dirinya jatuh cinta?

Itu tidak mungkin. Meski belum berpengalaman, Bara masih dapat membedakan mana cinta atau hanya sekedar suka. Lagipula dia telah memiliki orang yang spesial dihatinya. Tetapi Alin berbeda, Bara hanya merasa....eum sayang padanya.

Tak dapat dipungkiri, dia selalu resah memikirkan gadis setahun lebih muda darinya itu. Karena itu lah dia selalu menghampiri Alin kerumahnya meski juga tidak sesering itu.

Memperhatikan Alin lamat. Gadis itu terlihat seperti gadis yang rapuh, terlihat seperti gadis yang lemah tak berdaya. Namun, tak disangka justru dia adalah gadis yang cukup kuat dan tegar. Mungkin bagi sebagian orang ini sepele, tapi Bara dapat merasakan bagaimana hidup dalam kesepian. Itu membuatnya menderita meski tak pernah mengalami secara langsung.

Harmony ; family relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang