thirty

357 39 0
                                    

Queen berjalan masuk kedalam lift, sambil membawa rantang tupperware ditangannya.

Ketika tiba dilantai yang dia tuju, dia melanjutkan langkah. Beberapa karyawan yang melewatinya menyapanya dengan sopan.

Membuka ruangan CEO dengan seenaknya dan melihat suaminya yang masih sibuk berbicara dengan seorang laki-laki yang seperti bawahannya. Melihat kehadiran Queen, lelaki dengan kacamata yang bertengger dihidungnya itu melangkah mundur.

"Kalau begitu, saya akan kembali lagi nanti" Lelaki itu pamit mundur dan segera keluar setelah Bryan menyahut dengan dehaman singkat .

"Dia seketaris baru aku" ujarnya seakan mengerti raut bingung istrinya.

"Jadi, kamu udah pecat medusa itu?" Queen tampak bahagia.

Bryan mengangguk. "Dia membuat kesalahan, sebenarnya masih ada kesempatan untuk dia memperbaiki diri. Tapi, aku nggak mau kamu terus khawatirin dia."

Queen mendesis, "siapa juga yang khawatirin dia? aku kan cuma khawatir ular itu godain kamu."

Bryan menghembuskan nafasnya, "iya, itu maksudnya."

Queen tersenyum. "Aku bawain makanan" mengangkat tangannya menunjukan tempat makanan yang dia bawa.

Bryan berdiri dari kursi kebesarannya, menghampiri Queen. Merangkul bahu istrinya dengan lembut dan memberikan kecupan singkat dirambutnya. Lalu mereka berjalan menuju sofa untuk makan siang.

"Aku buatin makanan kesukaan kamu lho," Queen tersenyum, tampak bersemangat menyiapkan makanan untuk Bryan.

Sementara Bryan ikut tersenyum, merasa beruntung memiliki wanita seperti Queen.

***

Agatha duduk disebuah bangku taman sekolah, memegang sebuah novel hingga menutupi wajahnya. Dia tidak benar-benar membacanya, pikirannya kemana-mana membuatnya tidak bisa fokus.

Dia menjadi resah dan jantungnya berdegup kencang. Masih tidak menyangka Bara dapat mengungkapkan perasaannya. Tetapi dia tidak yakin, Bara sedang mengajaknya untuk berpacaran, sebab, lelaki itu pasti hanya mengungkapkan isi hatinya saja.

Terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga tidak menyadari Alinza yang duduk disebelahnya. Alin mengernyit saat melihat Agatha yang melirik buku novel dengan tatapan kosong, ntahlah, Alin tidak yakin Agatha sedang membacanya.

"Gat?"

"Agatha?" Kedua kali Alin memanggilnya, bahkan perempuan itu masih belum menyahut.

"Adelle Agatha Valerie?!" seru Alinza, kali ini dengan cukup keras sampai membuat Agatha tersentak.

"Hah?" Agatha baru menyadari Alin yang berada disebelahnya, "sejak kapan lo disini?"

"Itu nggak penting. Lagian lo mikirin apa sampai tuli gitu?" Decak Alin.

Agatha menghela napas, "ternyata lo nggak bohong."

Alin menaikan alis, "bohong apaan?"

Agatha menggigit bibir, "tentang Kak Bara."

"Oh, lo baru percaya sama gue kan sekarang. Lo sih udah gue bilangin. Asal lo tau aja, Kak Bara deketin gue bukan karena suka, tapi karena pengen deketin lo. Dia nggak tahu caranya dan gak tahu harus berbuat apa, makanya gue bantuin. Lagian kok lo mau aja percaya rumor yang belum tentu bener."

"Ya, Kak Bara kan nggak pernah deket sama cewe. Pas dia deket sama lo, gue mau gak mau percaya aja sama gosip yang beredar. Tapi gue beneran nggak benci lo kok kalo seandainya itu bener"

Alin tertawa kecil, "ngomong apa sih lo?!" dia melanjutkan, "Kak Bara udah ngungkapin perasaannya kan? Terus kalian udah pacaran?"

Agatha menggeleng ragu-ragu. "Nggak tahu sih, tapi kayanya belum."

Harmony ; family relationshipTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang