Kerjaan yang harusnya bisa selesai tepat waktu ternyata harus ngaret dari waktu yang sudah di prediksi oleh Soonyoung. Inilah realitanya, kadang draft yang baru masuk harus di ulas lagi oleh dirinya dan tim bahkan draft itu seperti gak ada habisnya.
Di tambah lagi sang atasan yang ingin beberapa draft yang ada itu untuk segera di cek hingga bisa di post beberapa hari kemudian.
Kalau di tanya capek atau enggak, ya pasti capek tapi mau resign pun Soonyoung gak bisa. Dia mencintai pekerjaannya dan juga gajinya tentu saja. Untuk seseorang yang menjadi kepala tim seperti dirinya, gaji yang di tawarkan pun cukup mengiurkan untuk sekedar di sia-siakan.
Mengerang sebal. Soonyoung sangat tidak suka berada di posisi seperti ini. Sangat tidak suka jika apa yang sudah dia atur keluar dari jalurnya.
Seharusnya pada jam segini, Soonyoung sudah berada di jalan untuk memenuhi janjinya namun kenyatannya dia justru masih berada di balik meja kerjanya dengan ruangan yang berangsur-angsur sepi. Hanya tinggal beberapa orang yang tertinggal bahkan anak timnya pun sudah menghilang entah kemana.
Merasa tidak bisa ke tempat janjian secara on time, Soonyoung mengambil ponsel pintarnya lalu mengetikkan beberapa kalimat permintaan maaf karena dirinya yang akan datang telat sebelum melanjutkan pekerjaannya yang sempat terhenti.
Satu jam kemudian, Soonyoung mematikan komputer yang sedari pagi dirinya gunakan dan langsung menyambar segala hal yang berada di atas meja dan bergegas turun ke basement untuk mengambil mobilnya lalu langsung meluncur ke tempat yang sudah menjadi tujuannya.
Tempat janjian itu tidak terlalu jauh dari kantornya, hanya berkisar sekitar lima belas menit.
Tempat itu sebuah restoran yang cukup mewah dengan dekorasi-dekorasi yang minimalis tapi kelihatan sangat mahal. Bukan tanpa alasan Soonyoung memilih tempat janjian seperti ini.
Sesampainya di parkiran restoran, Soonyoung menyemprotkan parfum ke badannya untuk sekedar memberikan wangi agar bau-bau yang tidak sedap dapat menghilang dari tubuhnya. Dirinya pun merapikan rambutnya melalui kaca yang berada di mobil lalu mengambil sebuah bucket bunga yang sempat dirinya pesan sebelum keluar dari dalam mobil.
Hari ini, hari jadinya dengan sang kekasih. Namanya Wonwoo Gabriel dan mereka bertemu sebagai seorang penulis dan pemagang, dulunya.
Soonyoung yang saat itu suka dengan segala tulisan yang tulis oleh Wonwoo pun dengan rutin mengontak sang penulis. Mungkin awalnya untuk sekedar bertanya tentang progress untuk buku selanjutnya tapi lama kelamaan itu semua berubah ketika salah satu dari mereka mulai jatuh hati.
Wonwoo yang pertama menyatakan perasaannya pada Soonyoung dan bagai sebuah takdir, Soonyoung pun diam-diam memendam rasa kepada Wonwoo sang penulis hingga akhirnya mereka memutuskan untuk menjalin sebuah hubungan dan hubungan itu telah menginjak angka tiga saat ini.
Nuansa restoran yang tenang, membuat Soonyoung tak susah menemukan Wonwoo yang telah duduk manis di salah satu sudut restoran.
"Hai, lama nunggu ya?" ucap Soonyoung sambil menyerahkan bucket bunga yang dirinya bawa itu kehadapan Wonwoo.
Wonwoo yang memang sedang tidak fokus, sedikit di kejutkan dengan kedatangan Soonyoung yang cukup tiba-tiba membuat dirinya tersenyum canggung sambil mengambil bunga yang di berikan oleh Soonyoung.
"Udah pesen makanan?" tanya Soonyoung lagi saat pertanyaan pertama tidak di jawab oleh Wonwoo.
"Belum. Pesan bareng aja." balas Wonwoo. Tapi balasan itu terasa sangat dingin. Sangat dingin bagi Soonyoung yang telah mengenal Wonwoo selama tiga tahun ini.
Bertanya-tanya, hanya itu yang bisa Soonyoung lakukan di otak kecilnya tanpa mau bertanya secara langsung pada orang yang ada di depannya saat ini. Mungkin dirinya sedang tidak dalam mood yang bagus karena sedang ada dalam fase writer's block pikir Soonyoung hingga dirinya pun tidak ingin mengambil pusing.
Memesan makanan kesukaan mereka berdua tanpa berbicara satu sama lain. Canggung. Baru kali ini Soonyoung merasakan perasaan canggung yang ada di antara mereka berdua tapi lagi-lagi Soonyoung tidak ingin mempermasalahkan itu sampai makanan yang mereka pesan pun datang dan tersaji di hadapan mereka.
"Gimana hari ini?" tanya Soonyoung basa basi membuka percakapan mereka.
"Biasa aja."
"Aku tadi di suruh lembur masa, ada draft yang masuk terus di suruh cek udah oke apa belum buat di publish beberapa hari lagi." cerita Soonyoung pada Wonwoo yang sedang menyantap makanannya berharap akan ada timbal balik dari apa yang dia curahkan tapi kenyataannya timbal balik itu tidak ada.
Hening. Mungkin Wonwoo saat ini tidak lagi dalam kondisi yang ingin berbicara itu pikir Soonyoung lagi hingga dirinya pun hanya bisa terdiam tanpa bisa berkata lebih lanjut lagi di hari jadi mereka.
Hingga makanan mereka habis pun, belum ada lagi yang memecah keheningan yang tercipta di antara mereka. Wonwoo yang sibuk mengetik di ponsel canggihnya dan Soonyoung yang hanya melirik ke arah panggung dimana ada penampilan live music dari seorang pria mungil yang Soonyoung akui suaranya sangat menenangkan.
"Aku mau pulang." ucap Wonwoo setelah tidak berbicara hampir satu jam kebersamaan mereka membuat Soonyoung tersenyum tipis.
"Aku anter ya?"
"Gak usah. Aku bawa mobil. Makasih ya bunganya, aku pulang dulu." ucap Wonwoo dan pergi begitu saja tanpa melihat atau sekedar melirik ke arah Soonyoung yang memandangnya sedih.
Sesuai dengan lirik lagu yang menjadi background pertemuan mereka yang sangat singkat.
Aku yang tak bisa melepaskan
Kamu yang miliki hatiku
Walau mungkin terlalu cepat
Bagi kita berdua
(Afgan ft Raisa - Percayalah)Tersenyum pilu, bagaimana bisa liriknya sangat pas dengan keadaannya saat ini?
Sebenarnya Soonyoung sudah merasakan sikap Wonwoo yang berubah beberapa minggu ini. Dirinya lebih dingin dari biasanya dan jujur saja Soonyoung tidak memiliki keberanian untuk bertanya lebih lanjut. Dirinya sungkan, dirinya takut jika apa yang dia tanyakan itu akan berdampak buruk pada hubungan mereka.
Soonyoung terlalu mencintai Wonwoo, sampai dirinya pun tak akan rela untuk melepaskan Wonwoo jika seandainya pria itu memilih untuk mengakhiri hubungan mereka.
Menghela nafas, Soonyoung memilih untuk meninggalkan restoran tersebut dan pergi untuk pulang kerumah dan bermanjaan dengan sang kakak yang kemungkinan besar telah berada di rumah saat ini.
————
Wonwoo Gabriel. 25 Tahun.
Penulis.————
Holla balik lagi nih sama aku ><
Gimana ada yang bener tebakannya gak??Btw siapa tuh yang nyanyi? Mana lagu yang di bawain pas banget sama keadaan yang Soonyoung alami kayak takdir gak siiii?
Cukup dulu untuk part yang ini, kita ketemu di part selanjutnya yuhuuu~
KAMU SEDANG MEMBACA
Sarkara - Soonhoon
Hayran KurguKembali, jatuh pada titik paling rendah di dalam hidupnya. Semua tidak ada artinya lagi hingga dia mencoba terus menerus untuk pergi dari dunia yang jahat ini. Namun semua itu gagal, hanya karena seorang pria kecil yang perlahan membuat dunianya be...