5. Keduluan maut

10.1K 1.1K 8
                                    

Aku mencoba ikhlas dari suatu kehilangan dan tersenyum dari suatu kesakitan yang sedang menimpa
••


Malik keluar dari rumahnya di pagi hari untuk menenangkan pikirannya, dari pada di rumah saja yang akan menyebabkan perdebatan dengan Umi nya masalah kemaren saja belum selesai, masa sekarang harus ditambah lagi.

Lebih baik sekarang ia mengalah dan pergi keluar untuk sementara waktu, menenangkan pikirannya, perkataan Umi nya terngiang-ngiang di kepalanya.

Apakah jika ia memberitahu Umi terlebih dahulu tidak akan ada perdebatan ini? Ia mengakuinya ini adalah salahnya karena menutupinya dari Umi.

" Malik." panggil Tomi, yang melihat Malik sedang berjalan sendirian.

Malik menoleh ke belakang melihat Tomi yang tengah berjalan menghampiri nya.

" Iya mas kenapa?" tanya Malik.

"Malik jadi gimana?"

"Gimana apanya mas."

"Bentar-bentar ayo kita duduk dulu." ajak Tomi untuk duduk agar mengobrol nya lebih enak.

"Maksudnya gimana mas?"

"Aduh jadi gini Malik,  jadi setelah kemaren ketemu bagaimana lanjutannya mau lanjut atau ngga?"

Malik fokus menatap Tomi, masalah di rumahnya saja belum selesai kini ia harus tertimpa masalah kembali.

" Kalau emang setuju, mau kapan ketemu orangtuanya jangan ditunda-tunda nanti ditikungan orang nyesel loh." sambung Tomi.

"Iya jangan sampai gitu dong mas."

"Justru itu bisa jadi."

"Nanti mas saya pikir-pikir dulu."

" Emang kenapa ngga suka."

"Oh bukan gitu mas."

"Terus gimana?"

"Masalahnya gini mas, masih ada masalah yang belum saya selesaikan mas."

"Oh yaudah, Semoga niat kamu ini dimudahkan oleh Allah."

"Aamiin mas."

" Jangan lupa kasih tau orang tua kamu dulu, jangan gegabah minta persetujuan orang tua itu penting, agar semua berjalan dengan lancar."

" Baik mas."

"Kalau gitu saya pamit pergi dulu iya."

"Iya mas hati-hati."

Malik menatap kepergian Tomi, yang di kata-kata Tomi ada benarnya juga bagaimanapun ia harus menceritakan kepada Umi nya, tapi tidak sekarang juga ia butuh waktu untuk mengobrol kembali dengan Umi nya.

•••

Umi Nima sedang memotong sayuran untuk sarapan pagi dengan anaknya, walaupun emang dirinya masih kesal dengan anaknya namun ia akan tetap membuat makanan buat sarapan anaknya.

Karena ia hanya tinggal bersama anak laki-lakinya, sedangkan anak perempuannya tengah sibuk berada di pesantren.

Ting!

TIKUNGAN TA'ARUF Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang