-FIKSI-
"detektif park yn! Dengar kan saya dulu!" Aku muak sedari tadi jaehyun selalu menyebutkan kalimat 'saya itu cinta sama kamu!' Dan maaf aku muak mendengarnya.
Aku tau dia tampan tapi aku mau fokus pada Pekerjaanku dulu.
"Ada apa sih jae!" Ujar ku kesal
"Kamu boleh sakiti aku tapi jangan sakiti hati ku! Karena disitu ada kamu!" Aku membulatkan mataku sambil menganga lebar mendengarkan perkataan jaehyun barusan.
Apa apaan ini!? Dihadapan para anak buah ku jaehyun berkata seperti itu!? Jelaslah, mengundang tawa dari para anak buahku. Bayangkan saja kami sedang berkumpul membahas sebuah strategi untuk mengepung seorang bandar obat obatan. Dan jaehyun mendatangi aku sampai menarikku keluar ruangan.
"Jae! Kenapa sih!?" Aku makin bingung karena jaehyun langsung menatap aku seperti hendak membunuh ku.
"Jadi istri saya mau gak!?"
Aku menghela nafas mengerucutkan bibirku dan menatap malas jaehyun "gak dulu! Makasih ya " aku berusaha melepaskan dengan pelan tangan jaehyun yang menggenggam tangan ku.
"Berarti mau?"
"Emang saya bilang gitu?"
"Tadi!? Kok kamu masih muda ?"
Aku melotot, dengan lekas berjalan keruangan ku dan menguncinya agar jaehyun tidak mengganggu ku lagi.
...
Hari sudah siang, aku memasuki ruang sidang, untuk mendengarkan sidang lanjutan dari kasus yang aku pegang.
Sebagai detektif aku harus tau apa yang terjadi setiap harinya untuk mempermudah proses penyelidikan, setelah sidang selesai, aku dan salah satu anggota ku mendatangi TKP untuk memastikan bukti yang ada.
Kami sampai didepan sebuah rumah tua yang sangat besar seperti castle, bangunan dengan pilar yang besar juga halaman yang sangat sangat luas. Aku menginjakkan kaki disana, banyak wartawan juga karena hari ini ada reka adegan.
Aku membuka topi ku memperlihatkan wajahku "Silahkan detektif yn" aku menundukkan sedikit kepalaku dan polisi itu mengangkatkan garis kuning untukku.
"Jendral" panggilku mendekat kearah para polisi, tatapan ku juga sempat bertemu dengan tatapan jaehyun
"Hei! Yn kamu disini?" Aku mengangguk memutus pandanganku pada jaehyun "kemari" aku makin mendekat kekepala kepolisian untuk melihat catatan yang anak buah nya dapat.
Aku membaca dengan seksama dan mengangkat pandanganku, menatap rak rak buku yang terlihat celah celah juga sedikit miring letaknya, tidak mungkin rak buku permanen itu miring bukan.
Lalu mataku menatap sitersangka dan membaca lagi detail kejadiannya "boleh aku menyentuh rak buku itu?" Tanya ku kepada Jendral.
Beliau mengangguk dan aku mendekat "permisi" aku melewati tubuh jaehyun "ada sesuatu dibalik ini aku yakin" aku sedikit mendorong kuat rak buku itu hingga terbuka lebar "hei! Tuan w apa anda kenal tempat ini?" Ujarku membuat sang tersangka menganga menyaksikan apa yang aku temukan dari balik rak buku sebuah lorong kebawah tanah.
Dan semua yang ada disana menganga tidak percaya dengan apa yang aku temukan, termasuk Jendral yang tadi berbicara padaku. "Anda panik, ada sesuatu disini benarkan?" Si tersangka menggeleng cepat dengan kepanikan yang sepertinya sudah memuncak diujung kepalanya.
Jendral mendekat "periksa" aparat kepolisian menelusuri lorong itu "bagaimana kamu tau yn?" Tanya Jendral bingung
Aku tersenyum "ada darah dilantai ini, detailnya dia berjalan dari ujung tangga dengan kemarah yang besar, mulai mendekat dengan pisau dapur ditangannya. Disana tertulis bahwa nyonya hee menangis disini didepan rak buku ini, jika kita teliti lagi, pak w datang dan menusuk leher nyonya hee, jika dipikir pikir seharusnya darah nyonya hee akan berserak disini, ada banyak jejak disini . Kita datang pada waktu 20 menit setelah nyonya hee melaporkan tentang kejanggalan meninggal suaminya itu. Tidak mungkin jasad nyonya hee akan hilang secepat dua puluh menit? Ada kejanggalan disini, ada bercak darah dirak buku itu, kemungkinan pak w menyeretnya keruang bawah tanah." Aku mengambil sebuah buku yang ada cetakan sebuah tangan berlumuran darah "buku ini berdarah" aku meminta pada polisi yang ada dibelakang ku untuk memberikan aku tabung vacutainer dan sebuah suntikan kecil.